Rabu, 12 Juni 2013

Haji Nur Kholis Pengepul Udang Dari Desa Babalan, Harapkan Pembinaan Dari Pemerintah


Haji Nur Kholis berpose dengan dagangannya

Demak - Bagi Haji Nur Kholis (48) pedagang ikan dari desa Babalan kecamatan Wedung kabupaten Demak , hasil tambak dan laut merupakan rezeki tersendiri baginya. Selain penggarap tambak , iapun juga sebagai pedagang pengepul ikan yang menampung hasil dari petani tambak dan nelayan. Sebelum terjun menjadi pengepul ikan dulunya hanya penggarap tambak yang menjual hasil tangkapan kepada pengepul .

Namun karena dirasa harga jual yang terlalu murah di desanya sendiri , iapun mencoba untuk menjual hasil perolehan tambaknya ke pasar ikan desa Kedungmutih. Setelah sekali merasakan pengalaman menjual ikan dan udang langsung ke pasar iapun kemudian ketagihan . Selain harganya yang bagus juga , uang bisa langsung di bawa pulang . Tidak itu saja iapun bisa belanja kebutuhan sehari-hari di pasar desa Kedungmutih yang cukup komplit.

” Melihat saya langsung menjual ikan ke pasar ikan Kedungmutih , beberapa tetangga ada yang nitip untuk menjualkan . Pertama satu dua orang lama-lama makin banyak melihat itu akhirnya saya langsung beli saja hasil tangkapan tambak dan laut mereka dengan harga yang bagus dibandingkan dengan pengepul lain ”, cerita Haji Nur Kholis pada warta demak.

Ketika awal terjun sebagai pengepul hasil tambak dan laut , petani tambak dan nelayan hanya beberapa orang saja . Namun karena harga yang ia berikan bagus dan banyak kontannya maka makin lama makin banyak langganannya . Saat ini jika dihitung petani tambak dan nelayannya yang jadi mitranya ada sekitar 25 – 30 orang . Apabila masing-masing mereka rata-rata memperoleh 4 kilogram ikan , maka dagangan yang ia bawa setiap harinya mencapai 1 Kwintal lebih.

” Dari desa Babalan saya membawa ikan dan udang dengan sepeda motor ini , ya jika kondisi ramai bisa mencapai hampir 2 kwinta lebih , namun jika dirata-rata ya setiap hari satu kwintal ada. Untuk harganya selalu naik turun tergantung dari perolehan petani tambak dan nelayan”, katanya.

Haji Nurkholis menekuni usaha sebagai pengepul hasil tambak dan laut ini sudah ada lima tahunan . Berbekal keberanian dia mencoba berusaha dan bersaing dengan pengepul lain yang terjun duluan. Namun karena ketekunan dan kesungguhan dalam melayani mitranya baik petani tambal , nelayan dan juga pedagang ikan sebagai pembeli usahaya lancar-lancar saja. Dari usaha ini selain bisa mencukupi kebutuahn  harian , juga bisa menyekolahkan anak-anak dan sisanya ditabung untuk keperluan lainnya dan juga tambah modal.

Menurut Haji Nur Kholis , modal usaha pengepul ikan harus dobel atau lipat dua. Satu bagian adalah modal harian yang dipergunakan untuk pembelian dagangan setiap harinya. Modal yang lain ada modal yang dipergunakan untuk meminjami para mitranya petani tambak atau nelayan. Petani tambak  mitranya  jika kekurangan modal untuk menyewa tambak atau operasional ternak udang , larinya ke tempatnya . Begitu juga nelayan yang ingin memperbaiki perahu , mesin atau mengganti alat tangkap juga pinjam padanya.

Pemandangan lain di pasar ikan Kedungmutih

Lalu bagaimana membayarnya ? caranya denga mencicil . Jika hasil tangkapan banyak maka sebagian hasil penjualan petani tambak atau nelayan ia potong untuk membayar hutang tersebut. Lamanya angsuran itu bisa cepat atau lambat tergantung dari hasil perolehan mereka setiap harinya. Setiap petani tambak jumlah pinjamannya berkisar Rp 1 juta – Rp 3 juta rupiah bahkan ada juga yang sampai 5 juta rupiah. Mereka yang pinjam tidak ada jaminan seperti lembaga keuangan atau Bank , jaminannya hanya kepercayaan dan rutin menjual hasil kepadanya.

” Kalau untuk modal membeli udang dan ikan sih tidak seberapa , yang terbesar adalah meminjami para mitra saya . Kadang-kadang saya juga kekurangan modal jika ada mitra yang membutuhkan pinjaman . Oleh karena itu saya ingin adanya pembinaan dari pemerintah untuk pengusaha kecil seperti saya ini ”, harap Haji Nur Kholis. ( Muin )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar