Senin, 10 Juni 2013

Kisah Tukang Pos , Supriyandi Empat Tahun “Ngonthel” Antar Surat

Supriyandii sang pekerja keras

Jepara - Bagi Supriyandi Petugas Kantor Pos Kedung yang berada di desa Bugel kunci kusuksesan dalam bekerja adalah kedisiplinan. Oleh karena itu jika ada orang yang ingin sukses dalam segala hal harus disiplin dalam setiap pekerjaan. Dengan resep itulah selama 26 tahun bekerja di jajaran PT Pos tiada aral halangan yang mendera bahkan penghargaanpun pernah ia terima sebagai petugas pengantar surat terbaik se Indonesia.

“ Kalau tidak salah itu terjadi tahun 1999 , saya dipanggil ke Semarang untuk memperoleh penghargaan berupa piagam dan sejumlah uang. Uang itu sebagian saya belikan kipas angin dan sarung kelap-kelip yang pada waktu itu baru ngetrend”, kenang Supriyandi pada Warta Demak Rabu (20/2).

Supriyandi mengatakan , kariernya di jajaran PT Pos ini berawal pada tahun 1987 ketika itu ia ditawari oleh kakaknya yang pegawai kecamatan .  Kata kakaknya PT Pos akan membuka kantor Pos di kecamatan Kedung . Tanpa ba bi bu iapun menerima tawaran kakaknya itu sehingga selama 6 bulan ia training dan magang di kantor pos Jepara.

Dalam masa magang itu ia mendapatkan banyak pengalaman hidup . Selain belajar mengenai kerja Pos , iapun sempat dipekerjakan dibidang lain . Selain menyapu kantor , membersihkan taman kadang pula membantu pekerjaan Kepala Kantor Pos. Iapun menerima pekerjaan itu dengan senang hati dan disiplin.

“ Bayangkan saya ketika magang itu juga disuruh membersihkan rumah , mencuci  sampai dengan bersih-bersih dapur pak Kepala itupun saya jalani dengan senang hati “, kata Suprinyandi.

Usai magang itulah ia mulai bekerja sebagai tukang sortir surat di kantor Pos Jepara . Setelah beberapa tahun iapun mulai bekerja di kantor Pos Kedung di desa Bugel. Di Kantor Pos Bugel ini ia bertugas sebagai petugas pengantar surat yang berkeliling lebih dari sepuluh desa yang ada di kecamatan Bugel.

Dulu belum ada sepeda motor seperti sekarang ini . Setiap hari dia berkeliling mengantar surat dengan sepeda “ onthel “ yang saat ini sudah menjadi barang antic. Pagi sampai siang ia berkeliling desa mengantar surat meski capai dan lelah tidak ia rasakan karena itu semua merupakan pekerjaan yang harus dijalani.

Untuk desa-desa terdekat seperti Sowan , Jondang dan Menganti sih tidak terasa. Tetapi ketika mulai masuk desa Tedunan , Karangaji dan Kedungmalang rasa lelah mendera . Selain jauh sekitar 6 kilometer juga hawanya  terasa panas karena daerah pesisir. Meskipun demikian pekerjaan itupun ia jalani senang hati baik itu musim hujan dan musim kemarau.

“ Kalau tidak salah ingat saya ngonthel sepeda ada empat tahunan , setelah itu saya membeli motor Honda bebek 75  dengan biaya bensin sendiri . Sampai seterusnya kantor menyediakan motor Suzuki A-100 , Hilanglah era sepeda onthel digantikan motor “, kata Supriyandi .

Susah senang adalah hal biasa dan harus disyukuri dalam hidup ini kata supriyandi. Oleh karena itu ketika saat ini dia tidak jadi petugas lapangan dan harus menunggui kantor juga diterima dan dijalankan penuh pengabdian. (Muin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar