Kamis, 13 Juni 2013

Perjodohan Menurut Primbon Jawa , Berdasarkan Weton atau Hari Kelahiran



Pertama kali saya melihat buku primbon cuek saja namun lama kelamaan saya tertarik juga apalagi setelah membacanya makin lama makin penasaran saja untuk terus membacanya sampai habis. Memang bagi sebagian orang Jawa buku primbon merupakan sesuatu hal yang sangat penting dan menjadi rujukan dalam menentukan sikap dan juga jejak dan langkah karena di dalam buku primbon ini telah tertulis berbagai macam informasi yang berkaitan dengan kehidupan manusia dari lahir sampai dengan mati. 

Dengan membaca primbon kita dapat mengetahui bagaimana watak , kehidupan , serta kejayaan manusia dilihat dari hari dan neptu lahirnyaatau lazim disebut Weton . Begitu pula dengan perjodohan bagi orang jawa primbon sangat memegang peranan sekali dalam menentukan cocok atau tidaknya perjodohan, hari baik untuk mempelai berdua sampai dengan selamatan- selamatan apa yang dilakukan agar mempelai berdua mendapatkan kebahagian .

Pertama kali kita membuka buku primbon kita pasti ketemu yang namanya hitungan hari dan juga neptu. Tujuh hari dalam seminggu menurut hitungan jawa ada nilainya tersendiri begitu juga lima neptu yang menjadi gandengannya hari juga ada nilai atau hitungannya . Contoh hari Ahad (Minggu) nilainya 5 , Senin 4, Selasa 3, Rabu 4 , Kamis 8 , Jum’at 6 , Sabtu 9. 

Begitu juga neptu Kliwon 8, Legi 5 , Pahing 9 , Pon 7 dan Wage 4. Cara menghitungnya mudah jika anda lahir di hari Ahad Kliwon anda mempunyai nilai 13 , jika lahir Selasa Pahing anda mempunyai nilai 12 begitu seterusnya . Lalu apa kegunaan weton itu bagi kehidupan manusia ? sebagai orang jawa nila iweton tersebut sangat penting dalam rangka penentuan perjodohan mengapa ? Dalam perhitungan primbon jawa bertemunya dua insan lawan jenis yang membawa weton sendiri –sendiri jika dipertemukan akan berbeda hasilnya tergantung dari penjumlahan mereka berdua.

Dalam hitungan perjodohan jawa yang tertulis dalam kitab primbon Betal Jemur Adam Makna halaman 17 dengan sub judul Petung Salaki Rabi bahwa wetonnya pengantin pria dan wanita jika dijumlahkan dan dibagi 10 atau 7 kelebihannya tidak boleh lebih dari 7. Jika dibagi 10 lebih 7 maka dibagi 7 lagi dan kelebihannya itulah menunjukkan bertemunya hitungan. Hitungan tersebut terbagi atas 7 nilai yang mempunyai arti sendiri-sendiri 1 disebut wasesa segara low prive, baik perwatakanya , pemaaf dan mempunyai wibawa. 2 Tunggak semi bersifat mudah mencari rejaki , 3 . 

Satriya wibawa berarti mendapat anugrah dan dimulyakan , 4. Sumur Sinaba menjadi tempat untuk mendapatkan ilmu , 5. Satriya Wirang artinya sering kesusahan dan juga dipermalukan untuk menolaknya adalah mengeluarkan daran denganselamatan menyembih ayam. 6 Bumi Kapethak tertutup tetapi rajin bekerja dan kuat menghadapi kesulitan untuk menolaknya dengan mengubur tanah.7 Lebu katiup angin yang artinya sering mendapat kesusahan , semua cita-citanya sulit terkabul , sering pindah tempat isyarat untuk menolaknya adalah ngabul-abulake (jawa) tanah .

Sebagai contoh jika mempelai pria wetonnya Rebo Pahing dan mempelai wanita Kamis Pon maka hitungannya sebagai berikut Rabo Pahing (7+9) + Kamis Pon (8+7) = 16 + 15 = 31 dibagi 10 lebih 1 maka hitungannya pengantin berdua jatuh pada hitungan Wasesa Segara . Misalnya hitungan weton mempelai berdua jika dipertemukan nilainya 28 jika di bagi 10 sisa 8 , maka tidak boleh dibagi 10 namun nilai tersebut harus di bagi 7 yang sisa tinggal 7 yaitu jatuh pada Lebu Katiup Angin. 

Karena pentingnya hitungan weton itulah maka dalam perjodohan Jawa khususnya orang-orang yang masih menerapkan hitungan pada primbon , banyak perjodohan yang gagal dikarenakan ketidaksesuaian hitungan weton pengantin berdua. Mereka menggagalkan perjodohan karena dihitung jatuh pada hitungan tidak enak atau kurang baik yang akhirnya hubungan mereka hanyalah sebagai hubungan saudara bukan suami istri. 

Selain itu untuk menentukan hari pernikahan orang jawa juga mempunyai tradisi yang sama yang berkenaan dengan hari baik dan kurang baik yang menyangkut masa depan anak-anak mereka . Untuk yang satu ini akan saya ulas pada tulisan selanjutnya.

Tulisan ini saya sajikan sebagai penambah pengalaman bagi pembaca yang akan menjodohkan putra-putrinya khususnya yang berasal dari Jawa yang masih menerapkan hitungan Primbon peninggalan leluhur kita . Selain itu sebagai wujud saling berbagi sesama kompasiner , saya ingin tahu juga selain Jawa masih adakah tempat lain yang menerapkan hitungan ala primbon ini dalam perjodohan. Kita tunggu cerita kompasianer lain seputar perjodohan ini. (FM)

2 komentar: