Rabu, 26 Juli 2017

Pak Sudibyo Warga Dempet Senang Dapat Bantuan Jamban,Tak BAB di Kali Lagi


 



Demak- Kepedulian Koramil 04/Dempet Kodim 0716/Demak dalam membantu masyarakat kurang mampu patut menjadi contoh bagi Dinas maupun instansi lain yang ada diwilayah. Walaupun dengan keterbatasan anggaran sering dialami dalam melaksanakan program jambanisasi, namun hal itu tidak menjadi kendala bagi Koramil 04/Dempet.

Kegiatan ini merupakan Program Jambanisasi Semester I TA 2017 yang dilakukan Koramil 04/Dempet untuk  dapat meringankan beban rakyat, juga untuk menjalin komunikasi sosial guna memperkokoh kemanunggalan TNI – Rakyat, 

"melalui kegiatan jambanisasi ini mari kita wujudkan masyarakat sehat dan sejahtera.” ujar Komandan koramil 04/dempet Kapten Inf Yasroji saat berada dilokasi pembuatan jamban di Desa Dempet Rt. 03 Rw. 04 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak.

“Meski dengan keterbatasan yang ada namun pengadaan jamban masih tetap kita lakukan walaupun jika ada kekurangan akan kita koordinasikan dengan pihak desa, yang terpenting masyarakat bisa hidup sehat dengan memiliki jamban di rumah, tuturnya.

Salah satu penerima bantuan Jamban Bapak Sudibyo menyampaikan, “saya sangat senang dan berterimakasih kepada Koramil 04/Dempet yang memberikan bantuan pembuatan jamban, sehingga kami tidak perlu lagi BAB tidak pada tempatnya, “jelas Sudibyo.(Pendim 0716/Demak

KODIM Demak Kehilangan Putra Terbaik Bangsa




DEMAK -- Komandan Kodim 076/Demak Letkol Inf Agung Udayana,SE bertindak selaku Inspektur Upacara pada Upacara Pemakaman Militer Kapten Inf Rustiyanto dipemakaman Umum Krapyak barat RT 06 RW 12 kel. Bintoro kec. Demak, Selasa (18/7/2017).
Almarhum Kapten Inf Rustiyanto meninggal dunia dikarenakan sakit di Rumah Sakit Karyadi Semarang, Selasa malam sekitar pukul 03.25 wib.

Almarhum merupakan putra terbaik bangsa sehingga pemerintah memberikan kehormatan berupa tanda jasa Satya Lencana VIII,XVIII,XXIV, Satya Lencana Nararya eka paksi. Selanjutnya  Irup memberangkatkan jenazah Almarhum Kapten Inf Rustiyanto dari rumah duka Ds. Betokan RT 04 RW 02 kec. Demak. ke TPU Krapyak barat RT 06 RW 12 kel. Bintoro kec. Demak untuk dimakamkan.

Almarhum Kapten Inf Rustianto NRP 575598 Jabatan Danramil 05/Mijen Dim 0716/Demak meninggalkan seorang Istri bernama Erlina Wati 49 Tahun dan dua orang anak  Ruser Apyuda umur 26 tahun dan Ruser Noprawiranda umur 17 tahun. 

Letkol Inf Agung Udayana,SE sebagai Irup pada Upacara Pemakaman jenazah Almarhum Kapten Inf Rustiyanto di TPU Krapyak barat RT 06 RW 12 kel. Bintoro kec. Demak secara simbolis melaksanakan penimbunan jenazah dilanjutkan perwakilan dari keluarga.

Dalam sambutannya, Komandan Kodim 076/Demak Letkol Inf Agung Udayana,SE mengatakan, bahwa upacara kebesaran ini dilaksanakan sebagai penghormatan dan penghargaan Pemerintah atas jasa dan pengorbanan Almarhum kepada Negara dan Bangsa yang telah dilaksanakan selama hidupnya. 

Hadir pada acara pemakaman tersebut Perwira dan Anggota Kodim 0716/Demak, dan para pelayat lainnya yang ikut memberikan penghormatan terakhir kepada Almarhum.(Pendim 0716/Demak)

WISATA RELIGI DEMAK , BERZIARAH KE MAKAM MBAH MUDZAKIR DI TENGAH GEMPURAN OMBAK





Demak – Selain makam Sunan Kalijaga dan juga Raden Patah yang sejak dulu dikenal sebagai obyek wisata Ziarah ,kini ada satu makam yang juga menjadi icon wisata ziarah di Demak. Setiap hari makam ini dikunjungi ratusan hingga ribuan peziarah. Puncak peziarah biasanya jika hari Minggu atau libur lainnya.

Obyek wisata ziarah ini adalah Makam Mbah Mudzakir di desa Bedono kecamatan Sayung kabupaten Demak. Makam ini menjadi terkenal setelah desa ini tergempur oleh ombak yang meluluhlantakkan perumahan ,persawahan dan juga pertambakan. Termasuk area pemakaman yang didalamnya di sarekan KH Muzakir salah satu Ulama desa tersebut.

Puluhan rumah tergempur oleh ombak ,begitu juga sawah dan area pertambakan. Namun makam Mbah Mudzakir masih terlihat dari kejauhan meski digempur ombak dan juga air pasang. Melihat kondisi tersebut keluargapun akhirnya “ngrumat “ makam tersebut dengan membuatkan jalan untuk menuju makam tersebut yang jaraknya 1 km dari daratan.

“ Dulu awalnya jalan menuju makam ini hanya berupa bambu sebanyak 4 batang yang disambung-sambung, namun setelah banyaknya yang berziarah dan ada donator yang masuk kemudian dibangun jembatan dari kayu . Setiap tahun terus ada perbaikan jalan dan kawasan makam “, ujar ibu ibu penjaga Makam pada kabaredemak.

Untuk menuju Makam Syeh Mudzakir ini peziarah melewati gerbang di desa Purwosari kecamatan Sayung. Selain Makam Mbah Mudzakir ada dua obyek wisata lainnya yaitu Pantai Morosari dan juga Hutan Konservasi Mangrove di dukuh Senik. 

Jalan menuju makam dari desa Purwosari tidak begitu lebar sehingga mobil besar seperti bus diharapkan berhati-hati karena kanan kiri jalan adalah tambak dan sungai. Untuk menuju ke makam ini dari gerbang dipinggir jalan raya Semarang- Demak sekitar 3 kilometer.

Akses jalan mendekati tempat parkir mobil masih bentuk tanah padas . Jika musim kemarau hal ini tidak menjadi masalah ,namun jika musim hujan peziarah harus berhati-hati karena cukup licin jalannya. Pemerintah daerah diharapkan bisa menyelesaikan perbaikan jalan ini.

“ Kalau kemarau seperti ini sih tidak masalah mas , namun jika musim hujan ya cukup licin karena jalan masih berupa tanah dan batu. Ini permintaan kami para sopir agar pemerintah daerah membetonisasi jalan ini agar kami lancar membawa peziarah ke sini “, kata Naf’an sopir travel asal Jepara pada kabare Demak.

Setelah melewati jalan berupa tanah dan batu padas mobil bisa diparkir di depan SD Bedono I yang cukup luas. Meski masih berupa tanah padas namun tempat parkir ini bisa menampung puluhan mobil. Ditempat ini para peziarah turun dan bisa langsung menuju ke makam. Ada beberapa pilihan untuk menuju makam di tengah pantai ini. Bisa jalan kaki bersama rombongan , bisa naik ojek sepeda motor , bisa juga naik perahu.

Adapun jika berjalan kaki peziarah tidak dipungut biaya hanya memasukkan infaq sekedarnya. Jaraknya dari parkiran mobil kurang lebih 1 km. Jika keberatan berjalan peziarah bisa naik ojek sepeda motor , adapun ongkosnya sekali jalan Rp 7.000,- . 

Sedangkan jika ingin naik perahu ongkos ojek perahu ada dua tarip. Jika langsung ke makam Mbah Mudzakir hanya Rp 5.000 , namun jika ditambah mengelilingi dukuh Senik yang tenggelam ongkosnya Rp 10.000.

“ Monggo kalau langsung ke Makam Simbah hanya Rp 5.000 perorang, tetapi jika berkeliling melihat kampung Senik yang tenggelam ongkosnya tambah Rp 5.000 jadinya Rp 10.000 sekali jalan”, kata tukang Ojek.

Dengan ongkos Rp 10.000 akhirnya rombongan berangkat ke dukuh Senik yang kini tinggal kenangan. Saat ini pedukuhan yang dulunya dihuni 218 KK menjadi hutan mangrove dan api-api. Sisa sisa rumah masih terlihat namun sudah ditinggal penghuninya. Ada juga bangunan masjid yang masih berdiri tegak namun tenggelam separuh yang sering dilihat oleh peziarah. Setelah berkeliling 10 menit peziarah akhirnya dibawa menepi ke parkiran perahu di Makam Syeh Mudzakir. 

Turun dari perahu peziarah berjalan lagi diatas jembatan kayu sepanjang 200 meter untuk menuju ke makam ditengah laut ini. Awalnya makam ini tidak ada atap dan tidak begitu luas . Seiring berjalannya waktu makam inipun mendapatkan rehap dari ahli waris Mbah Mudzakir yang menjadi pengelola Makam Keramat ini.

Mbah Mudzakir sendiri adalah ulama pada masa penjajahan Belanda. Semasa muda, kiai yang lahir di tahun 1869 itu banyak berguru kepada ulama di berbagai daerah. Setelah selesai berguru, ia menetap di Tambaksari, Bedono, Kecamatan Sayung, Demak sekitar tahun 1900 serta menikahi gadis lokal. Di tempat itu, sang kiai mulai melakukan syiar Islam dengan langkah pertama mendirikan sebuah masjid. Konon, metode penyampaian agama yang mudah dicerna membuat banyak santri mengaji kepadanya.

Kemudian setelah meninggal, Mbah Mudzakir dimakamkan di Dusun Tambaksari, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Demak. Dusun Tambaksari sendiri merupakan pecahan dari Desa Sayung yang terkena abrasi pada tahun 1998. Lokasi ini berbentuk pulau yang dihubungkan oleh jalan setapak sepanjang 700 meter, semacam jembatan yang kanan-kirinya adalah genangan air laut.  (Muin)

Selasa, 25 Juli 2017

Wisata Alam Pati, Gua Wareh Paduan Gua Alam Dan Mata Air




Pati – Dari puluhan obyek wisata alam di Pati Bumi Mina tani adalah Gua Wareh yang terletak di desa Kudu Mulyo kecamatan Sukolilo . Obyek wisata ini kondisinya masih setengah perawan karena belum dikelola pemerintah daerah khususnya Dinas pariwisata. Penjaga atau pengelola obyek wisata ini ada Karang Taruna setempat.


Oleh karena belum dikelola secara baik maka anda yang akan menuju ke obyek wisata ini harus sedikit mengerinyitkan dahinya jika membawa mobil. Pasalnya jalan menuju ke obyek wisata ini ini masih jelek. Selain sempit juga hanya berupa aspal kasar dan sebagian betonisasi tidak penuh. Jika musim kemarau tidak menjadi mesalah namun jika musim hujan anda harus ekstra hati-hati.


Meskipun demikian setelah sampai ke obyek wisata ini pengunjung akan senang karena di obyek wisata ini anda bisa beristirahat sambil melihat pemandangan alam disekitarnya. Selain gua yang panjang jalannya dalam tanah kurang lebih 100 meter. Ada juga sungai di dalam tanah yang keluar membentuk sumber air atau belik.


Nah di belik inilah para pengunjung bisa mandi merasakan segar dan bersihnya air yang masih alami. Hampir semua pengunjung yang datang ke sini berniat mandi di belik ini. Konon ceritanya air dari belik gua wareh ini mempunyai banyak khasiat. Selain membuat awet muda bagi siapa saja yang mandi didalanya .Juga bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.


“ Saya sudah tiga kali ke tempat ini , dari rumah sudah persiapan peralatan mandi . Airnya sangat segar dan bersih . Jika tidak mandi rasanya masih ada yang kurang “, kata Mardinah pengunjung dari Demak pada kabarseputarmuria.


Dari pusat kota, lokasi objek wisata Gua Wareh bisa ditempuh sekitar 25 menit atau 15 kilometer. Goa Wareh merupakan satu di antara pesona dan keindahan pegunungan Kendeng yang membentang di sepanjang Pati wilayah selatan. 

Luas area di kawasan goa berkisar di angka 4,5 hektare, memiliki lorong gua menuju arah kiri sepanjang sekitar 100 meter. Daya tarik Goa Wareh semakin mempesona dengan adanya sungai bawah tanah sepanjang 50 meter dengan air yang sangat jernih dan bebas dari polusi air.


Tempat wisata ini banyak dikunjungi wisatawan lokal dari masyarakat setempat, warga Pati hingga luar daerah seperti Kudus, Purwodadi-Grobogan, Rembang, hingga Blora. Saat liburan tiba atau tanggal merah, Gua Wareh diserbu banyak pengunjung, mulai dari muda-mudi yang ingin pacaran sembari menikmati indahnya gua sampai keluarga dengan membawa anak-anak.


Adi Saputro anggota Karang Taruna desa Kedu Mulyo mengemukakan , keramaian obyek wisata ini jika hari Minggu dan libur. Tempat parkir penuh dengan sepeda motor dan juga mobil. Sehingga ia harus mengerahkan anggotanya secara penuh untuk mengatur ketertiban jalan. Pengunjung terutama para pelajar dan anak-anak muda.


Ia berharap ke depan obyek wisata Gua Wareh ini semakin berkembang dan juga semakin banyak pengunjungnya. Oleh karena itu ia berharap kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan fasilitas pendukung diantaranya jalan akses masuk bisa ada perbaikan dan juga pelebaran. Sehingga mobil yang masuk ke obyek wisata ini tidak kesulitan. (Muin)