Pak Mashudi menggelar dagangannya di Pasar Kedungmutih |
Demak - Bagi Mashudi (55) warga desa Ngaluran kecamatan Gajah kabupaten Demak wiraswasta adalah usaha yang nyaman dari pada menjadi buruh atau kuli. Ketika usianya mulai uzur ia diberi saran anak-anaknya untuk berwiraswasta saja ketimabang menjadi buruh bangunan yang sering diperintah-perintah. Oleh karena itu ketika ia memutuskan berhenti untuk menjadi kuli bangunan
anak-anaknya mencarikan dagangan yang bisa dijadikan sarana untuk mencari penghasilan.
anak-anaknya mencarikan dagangan yang bisa dijadikan sarana untuk mencari penghasilan.
“ Nah ketika pilih-pilih dagangan , jualan yang paling gampang adalah jualan sandal . Akhirnya saya kulakan sandal di grosir sandal pasar Kliwon . Usaha ini sudah saya jalani lebih 2 tahun “, ujar Pak Mashudi pada Wartademak ketika menggelar dagangannya di halaman pasar baru desa Kedungmutih kecamatan Wedung.
Dengan menggunakan sepeda motor dan keranjang Pak Mashudi membawa ratusan sandal berbagai macam jenis . Sandal yang kesemuanya terbuat dari karet dan plastic itu ia gelar di plastic lebar agar dipilih para pembeli. Selain sandal untuk orang dewasa dia juga menjual sandal-sandal untuk remaja dan anak-anak.
Untuk menyambut datangnya hari raya idul fitri tahun ini Pak Mashudi membawa sandal-sandal dengan model terbaru dan juga warna yang ngejreng. Itu semua diharapkan agar dagangannya cepat habis karena sandal tersebut menarik perhatian. Meskipun harganya lebih mahal dengan sandal biasa namun kenyataannya sandal yang ngejreng warna dan bentuknya disukai pembeli.
“ Untuk mremo lebaran kali ini saya membawa sandal model baru meski harganya agak mahal namun pembeli tetap tertarik untuk membelinya. Contohnya seperti ini harganya berkisar Rp 15 ribu – Rp 25 ribu untuk ukuran dewasa dan jika untuk anak harganya Rp 7 Ribu – 12 ribu “, ungkap Pak Mashudi.
Awalnya pak Mashudi menjual sandal dengan sistem grosiran pada bakul baik di pasar atau rumahan . Namun karena pembayarannya agak seret maka penjualan sistem grosiran ia hentikan dan beralih model eceran kaki lima. Setiap ada pasar ia berhenti dan menggelar dagangannya dihalaman atau pinggir jalan dekat pasar. Ketika pasar sudah sepi iapun menutup dagangannya dan berpindah ke tempat lain, seperti pertigaan , dan tempat-tempat lain yang ramai.
“ Pendapatan ya lumayan bisa untuk belanja istri dirumah , saya ambil keuntungan setiap satu pasang sandal Rp 1.000,- -Rp 1.500,- . Setiap hari kalau ramai bias laku 100 pasang sandal kalau biasa ya 50 sandal terjual “, kata pak Mashudi ketika ditanya pendapatannya sehari.
Selama hampir tiga tahun berjualan sandal hampir semua daerah di Gajah, Demak, Bonang , Wedung dan beberapa daerah di Jepara ia singgahi. Hampir setiap pasar tradisional ia datangi , sehingga ketika bulan puasa seperti ini ia berangkat pagi dan pulangnya jika hampir bedug magrib tiba. Dibandingkan dengan menjadi tukang batu , berjualan keliling sandal lebih merdeka karena tidak diperintah orang.
“ Siapapun bisa berjualan sandal keliling seperti saya ini , resepnya harus sabar dan tahan banting . Dibandingkan dengan tukang batu jualan seperti ini hasilnya lebih lumayan “, tukas pak Mashudi menutup sua. (Muin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar