Setelah lima bulan menghilang, akhirnya Briptu Rani mau bicara. Kepada merdeka.com Polwan cantik ini bercerita panjang lebar soal pelarian, kasus dan alasan yang membuatnya terpaksa melarikan diri dari dinas di Polres Mojokerto.
Simak wawancara merdeka.com dengan Briptu Rani, Senin (14/6) kemarin.
merdeka.com (M): Apakabar?
Briptu Rani (BR): Kabar baik.
M: Kemarin menghilang kemana, sembunyi?
BR: Saya nggak sembunyi saya hanya menyehatkan diri, biar fresh lagi, nggak kemana-mana saya di jakarta.
M: Awal mula kasus bagaimana?
BR: Jadi intinya di balik bolosnya saya itu tentu karena ada sebab. Saya tidak terima dengan perlakuan Kapolres pada saya, buat saya bolos. Jadi nggak mungkin saya bolos tanpa sebab.
M: Perlakuan seperti apa?
BR: Perlakuan yang tak sepatutnya dilakukan pimpinan kepada bawahan, tidak sepatutnya dilakukan kapolres. Dia mengukurkan baju di badan saya, menggelitik kaki saya pakai kakinya, trus ajak karoke. Pokoknya saya seperti nggak dihargai, makanya saya putuskan untuk pergi.
M: Mulai kapan dialami?
BR: Saat mulai jadi sekretaris pribadi bapak. Kira-kira sebulan sebelum saya lari.
M: Sebelumnya pernah dengar nggak perangai kapolres itu kayak apa?
BR: Aku nggak tahu karena dulu di bagian perencanaan, jadi ku nggak tahu dia orangnya gimana, Dan waktu itu aku diperintah menjadi sespri, karena perintah ya saya terima.
M: Kenapa setiap diajak itu nggak ngelak?
BR: Kata dia karena saya sepri jadi nggak boleh pulang sama dia.
M: Waktu pengurukuran baju ada siapa saja?
BR: Ada 2 tukang jahit, wakapolres dan ada beberapa pejabat polres lainnya. tapi mereka cuma diam dan ketawa kayak memandang rendah saya gitu, saya minta pulang tapi nggak boleh. Tapi dia bilang perintah. Dan setelah kapolres selesai ukur, baru diukur ulang tukang jahit.
M: Memang ada rencana buat seragam baru?
BR: Nggak ada, itu saya dipanggil mendadak ke ruangan. Seperti bapak yang mau buat seragam.
M: Ada yang tahu nggak perlakuan kapolres?
BR: Nggak ada yang tahu, saya suka mendam sendiri, tapi karena yang terakhir sangat keterlaluan dan membuat saya tidak punya harga diri makanya saya pilih kabur.
M: Katanya polwan-polwan di sana banyak yang sinis ke mbak?
BR: saya kan humoris, saya banyak teman di sana. Tapi mungkin karena ada masukan dari intimidasi senior dan kemudian mengekspos berita saya ke media. Dan akhirnya karena pengaruh omongan dari mereka saya pilih menutup diri.
Pandangan mereka yang tidak baik ke saya, membuat saya tidak nyaman, gimana bisa dinas dengan baik, saya di sana disindir, padahal di sana saya ngekos sendiri, saya minta ke bapak balik mutasi ke Bandung tapi nggak di-acc. Katanya kenapa pindah yang lain aja bisa, tapi bagaimana lingkungan dinas tidak enak tidak ada yang support. Saya 3 kali buat surat mutasi, tapi nggak di-acc
M: Ada senior yang intimidasi itu siapa?
BR: Ada pangkatnya AKP, namanya Lilik, dia bilang saya hidup mewah, matre, perempuan nakal berapa tahun saya dengar omongan dia begituan terus. Ke polisi yang laki-laki dia juga ngomong gitu.
M: Sudah dari tahun berapa di Mojokerto?
BR: Dari 2008, dan dua tahun terakhir akhirnya saya menahan terus sampai februari lalu saya putuskan pergi
M: Apa yang buat Lilik nggak senang?
BR: Mungkin ada hal lain yang buat dia nggak suka, tapi kalau punya masalah pribadi saya rasa nggak ada, tapi dia begitu tiba-tiba, dia bilang perlakuan itu sebagai pendidik saya.
M: Sudah melapor ke Mabes Polri?
BR: Sudah tapi belum ada tanggapan, malah katanya dilimpahkan ke Polda Jatim, dan Polda Jatim masih kumpulkan bukti.
M: Selama ini ada ancaman?
BR: Belum ada, cuma saya kecewa tdk ada tanggapan, saya yg korban knp nggak diproses, jangan dibilang saya bohong, saya nggak berani omongan gini kalau nggak ada-apa.
M: Keluarga bagaimana?
BR: Mereka support semua. Kalau anak saya masih kecil, baru satu tahun. Saya dan suami sudah pisah. Dulu dia polisi juga, tapi keluar.
M: Jadi sama sekali nggak punya teman di sana?
BR: Nggak ada, karena larangan polwan AKP itu.
M: Akan mundur dari polisi?
BR: Mundur tidak. sampai saya dapat keadilan, karena saya kabur ada alasan dan saya baru membuka diri setelah mulai sembuh dan berani.
M: Kapolres pernah ganggu lagi?
BR: Nggak
M: Rencana saat ini?
BR: Menunggu kelanjutan laporan saya, saya minta kasus ini ditegakkan seadil-adilnya, Kapolres diadili dan saksi mohon jujur. Karena itu bukan semata-mata salah saya. Saya kabur karena ada alasan. Saya minta pimpinan tertinggi untuk masalah ini, untuk menyelesaikannya. Kerena saya telah dibuat rugi dan malu, saya mengalami tekanan mental.
M: Sudah tunjuk pengacara?
BR: Belum pakai, masih usaha pribadi dan keluarga.
Simak wawancara merdeka.com dengan Briptu Rani, Senin (14/6) kemarin.
merdeka.com (M): Apakabar?
Briptu Rani (BR): Kabar baik.
M: Kemarin menghilang kemana, sembunyi?
BR: Saya nggak sembunyi saya hanya menyehatkan diri, biar fresh lagi, nggak kemana-mana saya di jakarta.
M: Awal mula kasus bagaimana?
BR: Jadi intinya di balik bolosnya saya itu tentu karena ada sebab. Saya tidak terima dengan perlakuan Kapolres pada saya, buat saya bolos. Jadi nggak mungkin saya bolos tanpa sebab.
M: Perlakuan seperti apa?
BR: Perlakuan yang tak sepatutnya dilakukan pimpinan kepada bawahan, tidak sepatutnya dilakukan kapolres. Dia mengukurkan baju di badan saya, menggelitik kaki saya pakai kakinya, trus ajak karoke. Pokoknya saya seperti nggak dihargai, makanya saya putuskan untuk pergi.
M: Mulai kapan dialami?
BR: Saat mulai jadi sekretaris pribadi bapak. Kira-kira sebulan sebelum saya lari.
M: Sebelumnya pernah dengar nggak perangai kapolres itu kayak apa?
BR: Aku nggak tahu karena dulu di bagian perencanaan, jadi ku nggak tahu dia orangnya gimana, Dan waktu itu aku diperintah menjadi sespri, karena perintah ya saya terima.
M: Kenapa setiap diajak itu nggak ngelak?
BR: Kata dia karena saya sepri jadi nggak boleh pulang sama dia.
M: Waktu pengurukuran baju ada siapa saja?
BR: Ada 2 tukang jahit, wakapolres dan ada beberapa pejabat polres lainnya. tapi mereka cuma diam dan ketawa kayak memandang rendah saya gitu, saya minta pulang tapi nggak boleh. Tapi dia bilang perintah. Dan setelah kapolres selesai ukur, baru diukur ulang tukang jahit.
M: Memang ada rencana buat seragam baru?
BR: Nggak ada, itu saya dipanggil mendadak ke ruangan. Seperti bapak yang mau buat seragam.
M: Ada yang tahu nggak perlakuan kapolres?
BR: Nggak ada yang tahu, saya suka mendam sendiri, tapi karena yang terakhir sangat keterlaluan dan membuat saya tidak punya harga diri makanya saya pilih kabur.
M: Katanya polwan-polwan di sana banyak yang sinis ke mbak?
BR: saya kan humoris, saya banyak teman di sana. Tapi mungkin karena ada masukan dari intimidasi senior dan kemudian mengekspos berita saya ke media. Dan akhirnya karena pengaruh omongan dari mereka saya pilih menutup diri.
Pandangan mereka yang tidak baik ke saya, membuat saya tidak nyaman, gimana bisa dinas dengan baik, saya di sana disindir, padahal di sana saya ngekos sendiri, saya minta ke bapak balik mutasi ke Bandung tapi nggak di-acc. Katanya kenapa pindah yang lain aja bisa, tapi bagaimana lingkungan dinas tidak enak tidak ada yang support. Saya 3 kali buat surat mutasi, tapi nggak di-acc
M: Ada senior yang intimidasi itu siapa?
BR: Ada pangkatnya AKP, namanya Lilik, dia bilang saya hidup mewah, matre, perempuan nakal berapa tahun saya dengar omongan dia begituan terus. Ke polisi yang laki-laki dia juga ngomong gitu.
M: Sudah dari tahun berapa di Mojokerto?
BR: Dari 2008, dan dua tahun terakhir akhirnya saya menahan terus sampai februari lalu saya putuskan pergi
M: Apa yang buat Lilik nggak senang?
BR: Mungkin ada hal lain yang buat dia nggak suka, tapi kalau punya masalah pribadi saya rasa nggak ada, tapi dia begitu tiba-tiba, dia bilang perlakuan itu sebagai pendidik saya.
M: Sudah melapor ke Mabes Polri?
BR: Sudah tapi belum ada tanggapan, malah katanya dilimpahkan ke Polda Jatim, dan Polda Jatim masih kumpulkan bukti.
M: Selama ini ada ancaman?
BR: Belum ada, cuma saya kecewa tdk ada tanggapan, saya yg korban knp nggak diproses, jangan dibilang saya bohong, saya nggak berani omongan gini kalau nggak ada-apa.
M: Keluarga bagaimana?
BR: Mereka support semua. Kalau anak saya masih kecil, baru satu tahun. Saya dan suami sudah pisah. Dulu dia polisi juga, tapi keluar.
M: Jadi sama sekali nggak punya teman di sana?
BR: Nggak ada, karena larangan polwan AKP itu.
M: Akan mundur dari polisi?
BR: Mundur tidak. sampai saya dapat keadilan, karena saya kabur ada alasan dan saya baru membuka diri setelah mulai sembuh dan berani.
M: Kapolres pernah ganggu lagi?
BR: Nggak
M: Rencana saat ini?
BR: Menunggu kelanjutan laporan saya, saya minta kasus ini ditegakkan seadil-adilnya, Kapolres diadili dan saksi mohon jujur. Karena itu bukan semata-mata salah saya. Saya kabur karena ada alasan. Saya minta pimpinan tertinggi untuk masalah ini, untuk menyelesaikannya. Kerena saya telah dibuat rugi dan malu, saya mengalami tekanan mental.
M: Sudah tunjuk pengacara?
BR: Belum pakai, masih usaha pribadi dan keluarga.
[ian]
Sumber : Merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar