|
Tribun Jateng/Bakti Buwono
DURIAN BERKUALITAS - Muh Kholil menunjukkan buah durian berkualitas di rumahnya.
|
Musim durian telah tiba. Di berbagai sudut Kota Semarang, pedagang durian mulai bermunculan. Para petani durian pun bersiap menyambut puncak musim durian yang datang awal Februari mendatang.
DURIAN kholil. Menyebut dua kata itu, hampir semua warga di Mijen, Semarang, mengetahuinya. Warga sekitar langsung memberi tahu tempat durian yang jadi juara satu tingkat nasional pada 2008 lalu itu. Petunjuknya mudah.
"Pertigaan Mijen-Cangkiran, belok ke arah Gunungpati. Di kanan jalan, ada patung durian besar. Nah depannya itu rumah Pak Kholil," kata seorang warga Mijen, Sabtu (19/1/2014) sore.
Begitu sampai di sana, pemilik nama durian yang terkenal di Mijen itu, Muh Kholil (47) langsung menyambut Tribun Jateng.
Rumahnya sederhana, mirip rumah tipe 21 bercat biru. Selain bertani, Kholil rupanya juga menjual hasil panennya di garasi rumahnya.
Sore itu, hujan di rumah Kholil yang beralamat RT 2 RW 3, Kelurahan Bubakan, Kecamatan Mijen, cukup deras. Namun, hal itu tidak menyurutkan beberapa pembeli datang langsung ke rumah Kholil. Setiap beberapa menit, ada mobil atau sepeda motor yang berhenti untuk membeli durian hasil panen Kholil musim ini.
"(Varietas) durian kholil yang dimaksud belum sempurna. Kayaknya musim ini beratnya hanya separuh, sekitar 2,5 Kilogram hingga 3 Kilogram. Beda dengan kejuaraan lalu," ucapnya.
Ayah tiga anak itu langsung bercerita secara singkat sejarah varietas durian kholil yang sudah bersertifikasi tersebut. Pada 2008 lalu, pada masa panen perdana, ada lomba durian. Waktu itu, salah satu pohon duriannya berbuah sempurna.
Besar batangnya tiga kali pelukan orang dewasa. Lalu, berat duriannya mencapai 4,7 kilogram. Durian itu dikirimkan ke lomba tingkat provinsi dan menang. Lalu, dibawa ke Bogor dan menang di tingkat nasional. Durian Kholil pun diberi sertifikat.
"Beda buahnya lebih legit, manis, dan kalau sempurna warnanya kuning keemasan. Sekarang yang mengembangkan Dinas Pertanian Kota Semarang," kata Kholil.
Usai sedikit bercerita tentang durian unggulannya, ia sedikit mengeluh tentang cuaca tiga tahun terakhir ini. Rasa dalam durian ada tiga macam yaitu manis, agak manis, dan anyep (hambar).
Entah kenapa, dalam tiga tahun terakhir, prosentase durian yang anyep semakin tinggi. Bisa mencapai 30 persen dari total durian yang berbuah di satu pohon. Bahkan ada yang satu pohon yang duriannya anyep.
Warna kuning pun tidak jaminan durian manis. Biasanya durian anyep itu untuk makanan, semisal es durian, es krim, kolak, dan sebagainya.
"Selain itu, musim hujan ini juga ada pohon yang disambar petir. Lalu ada gangguan dari lalat buah. Dulu ada bajing, tapi sekarang malah jarang," imbuh Kholil
Meskipun begitu, para penggemar durian ini masih mencari-carinya. Dalam sehari, ia bisa menjual durian hingga 200 hingga 250 buah durian. Kalau hari libur mencapai 400 buah. Biasanya dalam satu musim, 10 ribu buah durian bisa terjual.
Konsumennya pun macam-macam. Ada maniak duren pahit. Lalu ada juga pelanggan yang menuruti sarannya. Jika sudah maniak, harga tidak menjadi masalah. Ia mematok harga durian mulai Rp 40 ribu hingga Rp 140 ribu. Bisa naik lagi tergantung beratnya.
"Kini harapan saya agar petani anggota saya bisa menanam sendiri, merawat sendiri, hingga jual sendiri. Kalau lewat tengkulak pasti keuntungannya sedikit," kata ketua kelompo tani karya makmur itu.
Pendamping kelompok tani Kelurahan Bubakan, Hendrik Simarmata (25) mengatakan, banyak durian yang hasilnya tidak maksimal karena beberapa hal. Satu di antaranya masalah pupuk. Sepengetahuannya, banyak petanai durian yang tidak pakai pupuk.
"Kami harus mengubah pola pikir dari pertanian tradisional ke modern. Kenapa kita kalah dari Thailand atau Malaysia dalam hal produksi buah? Karena kita belum menerapkan teknologi pertanian," ucap pegawai Yayasan Obor Tani.
(Tribun Jateng cetak/Bakti Buwono)