Hamdan Penasehat APGASI |
Demak - Kualitas garam krosok hasil petani Demak dan Jepara masih rendah sehingga harga jualnyapun tidak bisa tinggi. Hal itu dikatakan Hamdan penasehat APGASI ( Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia) asal desa Kedungmutih kecamatan Wedung . Oleh karena itu meski hasilnya maksimal namun harganya masih dibawah harga dasar yang ditetapkan pemerintah.
“ Memang pemerintah telah menetapkan harga garam KW 1 dan KW 2 yang harganya antara Rp 40 – 50 ribu perkwintal. Namun karena kualitas garam Demak yang masih rendah tersebut maka petani belum merasakan standarisasi harga tersebut. Saat ini harga garam dengan kualitas umum paling tinggi dihargai Rp 35 ribu setiap kwintalnya “,kata Hamdan pada Warta Demak Sabtu (4/5).
Hamdan mengatakan, rendahnya kualitas garam Demak tersebut dipicu oleh teknik pembuatan garam yang masih buruk. Agar garam berkualitas maka masa ambil garam di lahan minimal 15 hari , namun pada kenyataannya saat ini mereka mengambil garam paling lama 7 hari . Sehingga jika di teliti di laborat kadar Na Cl belum memenuhi standar yang ditetapkan.
Oleh karena itulah harga garam di kabupaten Demak dan Jepara ini masih rendah dan di bawah harga yang tetah ditetapkan pemerintah. Agar kualitas garam petani memenuhi standart yang ditetapkan pemerintah maka petani harus mengubah kebiasaan membuat garam.
Salah satunya adalah menambah waktu pegambilan hasil garam dilahan. Yang biasanya hanya satu minggu maka petani harus membiasakan pemanenan dilakukan setelah garam berumur 15 hari. Selain itu kebersihan garam harus selalu dijaga , misalnya dengan mengadakan pencucian garam sebelum dijual atau dimasukkan ke dalam gudang penyimpanan.
“ Jika petani mampu membuat garam dengan kualitas baik , saya yakin harga garam akan tinggi sesuai dengan yang tetah ditetapkan pemerintah. Untuk mengubah pola pembuatan garam ini kita banyak kendala yang menghadang “, tukas Hamdan.
Salah satu kendala yang cukup mengganggu adalah permintaan para bakul garam atas garam dengan kualitas rendah dan asal laku. Permintaan para bakul tersebut di respon positif oleh petani garam .
Meski kondisi kualitas garam dibawah standart garam tersebut masih laku. Selain bisa jadi uang waktu yang digunakan untuk membuat garam juga cepat. Jika harus menunggu lama untuk jadi uang biasanya para petani enggan.
“ Padahal jika mereka mau membuat garam dengan kualitas bagus , harganyapun akan bagus tidak seperti mereka menjual dengan kualitas umum seperti saat ini “, tukas Hamdan.
Namun demikian Hamdan mempunyai harapan besar akan peningkatan kualitas garam di Demak ini. Selain kesadaran para petani pemerintah juga diharapkan peran sertanya . Diantaranya adalah pembuatan lahan percontohan yang dipergunakan untuk membuat garam sesuai dengan standart yang ada .
“ Kita berharap pemerintah lewat dislutkan Demak membuat lahan percontohan garam yang bagus agar para petani bisa melihat dari dekat apa keunggulannya. Namun jika pemerintah tidak ada dana kami akan membuat lahan khusus percontohan garam ini “, kata Hamdan yang warga desa Kedungmutih menutup sua. (Muin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar