Muhdi Kepala Desa Kedungkarang |
Desa
Kedungkarang kecamatan Wedung kabupaten Demak Senin (16/9) hari ini mengadakan tahunan berupa kegiatan sedekah bumi yang
dipusatkan dibalai desa setempat, selain menggelar pertunjukan Wayang kulit
siang dan malam acara sedekah bumi ini juga diisi dengan selamatan desa.
Setiap
RT di desa Kedungkarang yang berjumlah 16 membuat berkat (nasi Selamatan) . Berkat
berisi nasi beserta lauk pauknya yang dibuat hasil kerukunan setiap RT dan yang
mengantarkan ke balai desa juga anggota RT .
Tujuan dari adanya ambengan ini
sebagai wujud kerukunan dan kekompakan antar warga juga perwujudan rasa syukur
kepada yang maha kuasa atas rezeki yang diberikan kepada seluruh warga.
Selametan bersama |
“ Acara
sedekah bumi ini memang sudah dianggarkan desa setiap tahun sekali dengan
menggelar kesenian tradisional berupa wayang kulit semalam suntuk . Selain
untuk menghibur masyarakat tanggapan wayang ini juga untuk melestarikan budaya leluhur
kita. Nah untuk nasi berkat ini hasil swadaya masyarakat setiap RT , mereka
buat sendiri diantar ke balai desa secara bersama-sama dan setelah dido’akan
bersama-sama kemudian dinikmati bersama-sama inilah wujud kerukunan kita “,
ujar Kepala desa Kedungkarang Muhdi yang ditemui disela-sela acara sedekah bumi
sore tadi.
Acara
sedekah bumi yang dipusatkan dibalai desa dengan menanggap wayang juga
selamatan bersama ini mendapatkan perhatian tersendiri bagi segenap warga desa Kedungkarang dan sekitarnya . Jalan raya
di dekat balai desa yang biasanya sepi kini ramai dengan datangnya para
pedagang yang “Mremo” pada keramaian ini.
Puncak
terjadi ketika berkat dari berbagai penjuru RT dibawa menuju ke balai desa
untuk dido’akan bersama-sama , semua warga tumplek bleg di seputaran balai
desa, sehingga jalan raya depan balai desa agak tersendat.
Apalagi
setelah do’a selesai dipanjatkan oleh Modin maka para pembawa berkat maupun warga langsung berebutan untuk makan
nasi maupun lauk pauk yang ada dalam ambengan. Bahkan dari beberapa ambengan
ada yang dilarikan oleh pemiliknya menghindari serbuan para warga.
“ Inilah
salah satu keasyikan dari acara sedekah bumi
dengan slametan tumpeng atau nasi berkat , para warga ingin mengambil
atau makan nasi dan lauk pauk dari ambengan namun mendapat rintangan dari si
pembawa inilah yang menjadi tontonan warga sekitarnya . dan inilah wujud
kebersamaan antar warga masyarakat sini “ ujar Syaichu salah seorang perangkat
desa Kedungkarang .
Selain
selamatan yang ditunggu-tunggu oleh warga masyarakat utamanya nelayan adalah
pentas wayang kulitnya , karena sebagian nelayan dari generasi tua masih
menyukai tontonan wayang kulit ini.
Menurut
mereka dalam pertunjukan wayang kulit selain mendapatkan hiburan , juga
mendapatkan nasehat-nasehat yang terkandung dalam lakon wayang itu sendiri.
Oleh karena itu jika digelar pertunjukan wayang kulit kebanyakan yang hadir
menonton adalah para generasi tua.
Namun
demikian dengan kemajuan jaman pertunjukan wayang kulit ini kadang-kadang juga
di sertai dengan lagu-lagu campur sari ataupun ndangdhutan dalam pergelarannya.
Sehingga
pertunjukan wayang tidak membosankan karena , diselingi juga lagu-lagu untuk
anak muda sehingga kadang kala anak muda dapat ikut berjoget dalam pergelaran
wayang kulit.
“
Mudah-mudahan pergelaran wayang kulit ini tidak monoton begitu saja , namun ada
campur sari dan lagu ndangdhutannya biar asyik dan tidak membosankan para
penonton utamanya anak muda disini “,ujar salah seorang anak muda yang tidak
mau disebut namanya.
Memang
sedekah bumi merupakan wujud budaya tinggalan nenek moyang kita yang lazim
dilaksanakanpada bulan Apit sehingga dikenal orang sebagai Apitan. Mereka
meyakini sedekah bumi ini selain sebagai wujud rasaya syukur terhadap pencipta
juga penghilang suker atau marabahaya yang ada di dalam desa.
Untuk membersihkan
desa dari segenap mara bahaya maka perlu diadakan sedekah bumi yang melibatkan
seluruh warga desa. Seperti desa Kedungkarang ini untuk memeriahkan pesta sedekah
bumi ini mereka rela urunan untuk membuat berkat sebagai wujud rasa syukur
warga kepada sang maha pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar