Jepara - Melonjaknya harga Kedelai import membuat pengusaha tahu dan tempe kelimpungan. Menaikkan harga sangat riskan. Harga tetap juga tidak mungkin. Satu-satunya jalan yang ditempuh adalah mengurangi volume tempa dan tahu yang dibuat. Meskipun merugikan konsumen namun hal ini satu-satunya jalan agar tidak mengalami kebangkrutan.
“ Harga yang saat ini saja
masih dianggap kemahalan apalagi jika harga kita naikkan. Bisa-bisa tempe dan
tahu kita tidak laku karena konsumen tidak kuat lagi membeli. Jalan
satu-satunya ya kita perkecil saja “, ujar
Suriyati (56) penjual tempe dan tahu keliling asal desa Teluk Wetan
kecamatan Welahan kabupaten Jepara,
Suryati mengatakan dengan
naiknya harga kedelai yang cukup tinggi membuat produksi temped an tahu di desa
turun drastis. Biasanya satu hari bisa menghabiskan kedelai 1 kwintal , namun
karena kenaikan harga bahan baku produksi dikurangi separoh. Selain daya beli
masyarakat turun juga menunggu harga kedelai stabil lagi.
Suryati yang juga membuat
tempe sendiri menggambarkan , usaha pembuatan tempa dan tahu di desanya bisa
gulung tikar jika tidak ada upaya untuk mengerem naiknya harga kedelai. Selain
pembelian yang turun terus juga dipicu oleh biaya operasional yang terus naik. Bahan baku sudah naik , tentunya akan
berimbas pada biaya lainnya seperti plastic , dan juga tenaga kerja.
“ Sampai saat ini
penjualan saya sih turun sedikit . Memang agar tidak naik harga jalan
satu-satunya yang ditempuh adalah mengurangi besarnya tahu dan tempe. Namun
jika terus-terusan naik kami bisa berhenti produksi bila tidak menaikkan harga
tempe maupun tahu “, tambah Suryati.
Suryati mengaku telah lebih dua puluh tahun berprofesi sebagai penjual tahu dan tempe keliling. Selain menjajakan produk sendiri dia juga membawa produk tetangga kanan dan kirinya yang merupakan sentra pembuatan tempe dan tahu. Dengan sepeda motor ia menjajakan temped an tahu hingga 10 – 15 km dari rumahnya.
“ Kalau dilihat hasilnya
sih lumayan , selain untuk kebutuhan sehari-hari , menyekolahkan anak juga di
simpan untuk kebutuhan penting lainnya. Kalau sehari bersih Rp 50 ribu sih
mudah kadang-kadang bisa lebih jika ada pesanan”, tutur Suri.
Dengan membawa sepeda
motor , Suri membawa dagangannya. Tempe ditempatkan keranjang ditaruh diatas .
Sedangkan tahu di tempatkan di jerigen yang dipotong bagian atasnya. Setiap
hari dia bisa menjual ratusan temped an juga tahu dengan berbagai ukuran.
“ Selain saya jual di
pasar Kedungmutih. Tempe dan tahu ini juga kami jual pada pelanggan warung
makan dan juga penjual nasi . Kadang saya juga menjual tahu dan tempe pesanan
orang punya gawe “, tandas Suryati. (Muin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar