Minggu, 18 Agustus 2013

Slametan Ketupat Lepet Di Hari Badha Kupat

Kupat dan Lepet

Ada satu tradisi lagi yang diuri-uri kelestariyan oleh masyarakat pesisir di Jepara dan Demak yang berkaitan dengan 7 hari setelah hari raya Idul Fitri yang dikenal sebagai Badha kupat.

Di hari badha kupat ini seluruh warga desa membuat hidangan khas berupa ketupat  dan lepet yang telah mentradisi puluhan tahun yang lalu.

Ketupat adalah hidangan nasi yang dimasukkan dalam wadah khas yang terbuat dari daun kelapa ( janur ) sedangkan Lepet adalah hidangan yang terbuat dari ketan yang dicampur dengan garam dan parutan kelapa dimasukkan dalam wadah daun kelapa jika dirasakan rasanya cukup lezat.

Kupat dan lepet ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan merupakan hidangan khas badha kupat yang pasti tersaji di rumah-rumah warga. Oleh karena itu sebelum hari badha kupat di pasar-pasar tradisional penjual menggelar dagangan berupa daun kelapa, kelapa, tali bambu ,sampai dengan beras ketan dan garam.

“ Dari saya masih kecil sampai dengan mempunyai cucu sekarang , tradisi selamatan kupat dan lepet selalu ada di musholla ini “ ujar Jambari (55) jamaah musholla “ Baitul Muttaqin” desa Kedungmutih Wedung Demak.

Oleh karena itu habis subuhan warga kembali ke rumah masing-masing untuk mengambil kupat lepet yang akan dido’akan bersama-sama setelah itu baru dimakan bersama-sama pula .  Agar meriah warga membawa anak-anak sehingga musholla menjadi ramai.
Menurut Jambari tradisi badha kupat di daerah pesisir merupakan hal yang lazim dilakukan , selain selamatan di masjid dan musholla juga ada tradisi saling memberi antara warga satu dengan yang lain yang disebut wewehan .

Tetangga satu mengantar kupat dan lepet kepada tetangga yang lain, begitu sebaliknya sehingga dalam badha kupat semua warga bisa merasakan lezatnya kupat beserta lauknya dan juga lepet yang terbuat dari beras ketan.

Jaman dahulu jika badha kupat tiba setiap rumah diatas pintunya diberi ketupat dan lepet matang , hal itu sebagai perwujudan rasa syukur kepada yang maha kuasa.

Namun sekarang tradisi memasang kupat dan lepet diatas pintu sudah jarang dilakukan jika ada itupun satu dua rumah dan kupat ataupun lepetnya juga hanya wadahnya saja. (Muin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar