Selasa, 27 Agustus 2013

Ada Ratusan Kincir Angin Dilahan Pembuatan Garam

Kincir angin
Sebelum diketemukannya tehnologi tepat guna yaitu kincir angin sepuluh tahun yang lalu. Pengrajin garam di Jepara dan Demak masih menggunakan tenaga manusia untuk menaikkan air ke lahan-lahan pengeringan air laut.

Sehingga untuk membuat garam mereka membutuhkan tenaga ekstra. Dengan menggunakan ebor yang digerakkan tenaga manusia untuk menaikkan air ke lahan pembuatan garam. Namun setelah kincir angin beroperasi pekerjaan lebih ringan karena angin membantu menaikkan air ke lahan mereka.

 Alat tepat guna yang juga ramah lingkungan ini terbuat dari pipa paralon kayu dan besi , papan kayu dibuat baling-baling yang berfungsi membuat putaran . Dengan bantuan alat mirip tuas putaran itupun disambungkan dengan tongkat kayu atau besi yang dibagian bawahnya dibuatkan klep dari ban bekas mobil.

Klep yang berfungsi untuk menaikkan air dimasukkan dalam pipa paralon tergantung dari kebutuhan air yang akan dinaikkan , semakin besar pipa pralon air yang naikkan debitnya banyak begitu pula sebaliknya.

“ Dengan  alat kincir angin ini petani disini kerjanya lebih ringan , karena teknik membuat garam hanyalah memindahkan air dari lahan satu ke lahan yang lainnya. “ ujar Budin pengrajin garam yang membuat garam di lahan Bulak Baru Jepara.

Untuk membuat kincir angin ini biaya yang dibutuhkan jika  besar kurang lebih 2 juta rupiah . Sedangkan ukuran yang kecil harganya separuh saja. Biasanya pengrajin garam  mempunyai minimal 2 kincir angin satu besar dan satu kecil

Menurut Budin Kincir angin untuk menaikkan air ke lahan pengrajin garam yang ukuran besar jika dibandingkan 1 tenaga manusia kekuatannya lebih besar , apalagi jika angin yang berhembus cukup kencang satu jam saja bisa memenuhi lahan pengeringan air.

Sedangkan kincir yang kecil dengan diameter kincir 1 meter biasanya digunakan untuk mengisi air pada lahan-lahan pemanenan garam , sehingga debit yang dibutuhkan tidak begitu besar. Dengan mengunakan kincir angiin ini tenaga yang dikeluarkan oleh pengrajin garam lebih efisien.

Jika air laut telah tua para pengrajin garam bisa panen garam setiap 3 -4 hari sekali . Jika sudah tiba panen raya mereka bisa memanen garamnya setiap hari sekali , tenaga yang dikeluarkan pengrajin hanyalah memungut garam dari lahan untuk dimasukkan ke dalam gudang saja atau langsung dijual pada pengepul.

Untuk urusan pengairan lahan pengeringan air ataupun pemanenan sudah dicukupi oleh kincir angin yang setiap hari berputar tiada henti dengan bantuan angin. Oleh karena itu jika musim pembuatan garam terlihat ratusan kincir angin di lahan garam (Muin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar