PERTANYAAN:
Bagaimanakah cara mengenali malam Lailatul Qadr? (Nurul Aini, Denpasar)
JAWABAN DR MUHAMMAD ARIF:
Pertanyaan di atas sungguh tidak sederhana. Lailatul Qadr adalah bagian dari rahasia Allah yang dianugerahkan bagi hamba-hambaNya yang sholih.
Lailatul Qadr merupakan sebuah peristiwa penting yang terjadi pada bulan Ramadan. Pada malam Lailatul Qadr, malaikat Jibril bersama malaikat lainnya turun ke bumi atas izin Allah untuk mengurus segala urusan di bumi. Apabila kita beribadah pada malam Lailatul Qadr, maka ibadah kita akan dinilai sama dengan ibadah selama seribu bulan.
Allah berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS Al Qadr: 1-5).
Salah satu pertanyaan yang sering dimunculkan adalah: kapankah Lailatul Qadr itu turun?
Pada hakikatnya tidak ada seorang pun yang mengetahui secara pasti kapan terjadinya Lailatul Qadr, suatu malam yang dikisahkan dalam Alquran sebagai 'malam yang lebih baik dari seribu bulan'. Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud, menyebutkan bahwa Nabi pernah ditanya tentang Lailatul Qadr. Beliau menjawab: "Lailatul Qadr ada pada setiap bulan Ramadan." (HR Abu Dawud).
Selanjutnya Rasulullah SAW memberikan beberapa isyarat tentang waktu turunnya Lailatul Qadr dengan bersabda: "Carilah Lailatul Qadr itu pada sepuluh hari terakhir Ramadan." (Muttafaqun alaihi dari Aisyah radliallahu anha).
Dari Aisyah radliallahu anha ia berkata: "Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, Rasulullah SAW mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli isterinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya." (HR Bukhari dan Muslim). Dalam shahihain disebutkan, dari Aisyah radliallahu anha ia berkata: "Bahwasanya Nabi SAW senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadan, sampai Allah mewafatkan beliau."
Lebih khusus lagi, Rasulullah SAW bersabda: "Carilah Lailatul Qadr itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan)". (HR Bukhari dari Aisyah radliallahu anha).
Tidak diberitahukannya tanggal yang pasti tentang Lailatul Qadr sesungguhnya memiliki beberapa hikmah tersendiri, antara lain untuk memotivasi umat agar terus istiqomah dalam beribadah, mencari rahmat dan ridha Allah, kapan saja dan di mana saja, tanpa harus terpaku pada satu hari saja. Bisa dibayangkan, andaikata Lailatul Qadr tersebut diberitahukan tanggal turunnya secara pasti, maka dimungkinkan orang hanya akan memaksimalkan ibadah pada tanggal yang dimaksud, sementara, pada tanggal-tanggal selainnya tidak memaksimalkan ibadah.
Lalu, apakah kedatangan Lailatul Qadr dapat ditengarai?
Dalam kitab Mu'jam At Thabari Al Kabir disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Pada saat Lailatul Qadr itu langit bersih, udara tidak dingin atau panas, langit tidak berawan, tidak ada hujan, bintang tidak nampak dan pada siang harinya matahari bersinar tidak begitu panas."
Dalam hadis riwayat Imam Ahmad, juga dalam hadis riwayat Muslim, dijelaskan tentang tanda-tanda datangnya Lailatul Qadr, yakni: pada malam harinya langit nampak bersih, tidak nampak awan sedikit pun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas. Sementara pada hari itu matahari bersinar tidak terlalu panas dengan cuaca sangat sejuk.
Tentu kita semua berharap untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qadr. Oleh karena itu, sepatutnya kita memperbanyak ibadah selama bulan Ramadan, sebagaimana yang disarankan oleh para ulama, di antaranya: (1) senantiasa salat fardhu lima waktu berjama'ah, (2) selalu melaksanakan salat malam atau qiyamul lail, (3) memperbanyak membaca Alquran secara tartil, (4) memperbanyak istighfar dan dzikir, serta (5) memperbanyak membaca doa.
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, "Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah Lailatul Qadr, lantas apa doa yang mesti kuucapkan?" Jawab Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, "Berdoalah: Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu'anni (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku)." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Wallahu a'lam bi shawab.
Bagaimanakah cara mengenali malam Lailatul Qadr? (Nurul Aini, Denpasar)
JAWABAN DR MUHAMMAD ARIF:
Pertanyaan di atas sungguh tidak sederhana. Lailatul Qadr adalah bagian dari rahasia Allah yang dianugerahkan bagi hamba-hambaNya yang sholih.
Lailatul Qadr merupakan sebuah peristiwa penting yang terjadi pada bulan Ramadan. Pada malam Lailatul Qadr, malaikat Jibril bersama malaikat lainnya turun ke bumi atas izin Allah untuk mengurus segala urusan di bumi. Apabila kita beribadah pada malam Lailatul Qadr, maka ibadah kita akan dinilai sama dengan ibadah selama seribu bulan.
Allah berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS Al Qadr: 1-5).
Salah satu pertanyaan yang sering dimunculkan adalah: kapankah Lailatul Qadr itu turun?
Pada hakikatnya tidak ada seorang pun yang mengetahui secara pasti kapan terjadinya Lailatul Qadr, suatu malam yang dikisahkan dalam Alquran sebagai 'malam yang lebih baik dari seribu bulan'. Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud, menyebutkan bahwa Nabi pernah ditanya tentang Lailatul Qadr. Beliau menjawab: "Lailatul Qadr ada pada setiap bulan Ramadan." (HR Abu Dawud).
Selanjutnya Rasulullah SAW memberikan beberapa isyarat tentang waktu turunnya Lailatul Qadr dengan bersabda: "Carilah Lailatul Qadr itu pada sepuluh hari terakhir Ramadan." (Muttafaqun alaihi dari Aisyah radliallahu anha).
Dari Aisyah radliallahu anha ia berkata: "Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, Rasulullah SAW mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli isterinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya." (HR Bukhari dan Muslim). Dalam shahihain disebutkan, dari Aisyah radliallahu anha ia berkata: "Bahwasanya Nabi SAW senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadan, sampai Allah mewafatkan beliau."
Lebih khusus lagi, Rasulullah SAW bersabda: "Carilah Lailatul Qadr itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan)". (HR Bukhari dari Aisyah radliallahu anha).
Tidak diberitahukannya tanggal yang pasti tentang Lailatul Qadr sesungguhnya memiliki beberapa hikmah tersendiri, antara lain untuk memotivasi umat agar terus istiqomah dalam beribadah, mencari rahmat dan ridha Allah, kapan saja dan di mana saja, tanpa harus terpaku pada satu hari saja. Bisa dibayangkan, andaikata Lailatul Qadr tersebut diberitahukan tanggal turunnya secara pasti, maka dimungkinkan orang hanya akan memaksimalkan ibadah pada tanggal yang dimaksud, sementara, pada tanggal-tanggal selainnya tidak memaksimalkan ibadah.
Lalu, apakah kedatangan Lailatul Qadr dapat ditengarai?
Dalam kitab Mu'jam At Thabari Al Kabir disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Pada saat Lailatul Qadr itu langit bersih, udara tidak dingin atau panas, langit tidak berawan, tidak ada hujan, bintang tidak nampak dan pada siang harinya matahari bersinar tidak begitu panas."
Dalam hadis riwayat Imam Ahmad, juga dalam hadis riwayat Muslim, dijelaskan tentang tanda-tanda datangnya Lailatul Qadr, yakni: pada malam harinya langit nampak bersih, tidak nampak awan sedikit pun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas. Sementara pada hari itu matahari bersinar tidak terlalu panas dengan cuaca sangat sejuk.
Tentu kita semua berharap untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qadr. Oleh karena itu, sepatutnya kita memperbanyak ibadah selama bulan Ramadan, sebagaimana yang disarankan oleh para ulama, di antaranya: (1) senantiasa salat fardhu lima waktu berjama'ah, (2) selalu melaksanakan salat malam atau qiyamul lail, (3) memperbanyak membaca Alquran secara tartil, (4) memperbanyak istighfar dan dzikir, serta (5) memperbanyak membaca doa.
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, "Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah Lailatul Qadr, lantas apa doa yang mesti kuucapkan?" Jawab Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, "Berdoalah: Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu'anni (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku)." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Wallahu a'lam bi shawab.
[bai]
Sumber : Merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar