Rabu, 26 Februari 2014

Harga Belum Naik , Petani Terpaksa Jual Garam

Salah satu gudang garam habis tersapu banjir

Demak – Petani garam yang ada di kabupaten Demak   hari-hari ini menunggu harga garam naik. Meskipun pada bulan Januari yang lalu gudang garam mereka di sapu oleh banjir. Tetapi beberapa petani ada yang beruntung karena garamnya selamat dari hempasan banjir yang cukup besar.

“ Alhamdulillah gudang saya hanya tergenang air sebentar sehingga garam yang larut  hanya sedikit. Masih banyak yang tersisa namun harga saat ini belum bagus “, kata Busri (45) petani dan juga pengepul garam dari desa Kedungmutih kecamatan Wedung pada FORMASS, Kamis (27/2)

Busri mengatakan , banjir kali ini merupakan banjir yang terbesar dalam kurun waktu 30 tahun. Selain menggenangi ribuan rumah juga melarutkan ribuan ton garam yang ada di gudang . Oleh karena itu stok garam tahun ini berkurang banyak dibandingkan tahun yang lalu.

Namun demikian lanjutnya, harga garam kenaikannya tidak signifikan. Usai banjir ada kenaikan sedikit , namun beberapa hari harga kembali turun. Beberapa petani garam masih menunggu harga garam naik kembali. Harapan mereka meskipun tersisa sedikit dengan harga yang mahal perolehan uang juga banyak.

“ Memang harga garam saat ini cenderung stabil atau malahan turun sedikit. Kabarnya saat ini PN garam Madura baru mengeluarkan simpanan garam. Sehingga pabrik-pebrik mengambil barang dari sana “, kata Busri.

Sementara itu Hariyanto (50) petani garam yang juga warga desa Kedungmutih terpaksa melego garamnya meski harga belum bagus. Penyebabnya ada keterdesakan kebutuhan sehari-hari dan juga untuk membayar hutang. Padahal garam di dalam gudangnya kemarin juga berkurang karena tersapu banjir.

“ Dulu sebelum banjir hitungan saya garam yang tersimpan sekitar 95 ton . Namun kemarin ketika saya jual ditimbang oleh bakul tinggal sekitar 60 ton.Ya masih untung tidak habis semuanya “, kata Hariyanto ketika melunasi hutangnya di KSP “ Margi Rahayu” Kedungmutih.

Menurut Hariyanto harga jual garamnya kemarin perkwintal Rp 49.000,-. Dia jual dengan sistem timbangan tidak sistem borongan. Sehingga usai penimbangan ia tahu garamnya yang hilang karena air banjir. Ketika memasukkan ke gudang setahun yang lalu satu harga perkeranjang garam 10 ribu atau satu kwintal sekitar 30 ribu.


“ Alhamdulillah meski jumlahnya berkurang dengan harga yang masih lumayan ya masih bisa digunakan untuk menutup kebutuhan. Kasihan teman saya ada yang punya simpanan garam 2 tahun amblas karena banjir “, papar Hariyanto.**(Abah Ardans)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar