Demak – Semakin dekatnya waktu Pemilihan Umum 2014 suhu
politik di semua tempat mulai naik.Di kota sampai di desa mulai ada gerakan
untuk mengumpulkan dan menarik massa pemilih. Salah satu yang mencolok adalah
mulai bertebarannya berbagai macam spanduk , baliho dan banner di berbagai
tempat.
Selain itu puluhan hingga ratusan bendera berbagai
macam partai politik juga menghiasi tempat-tempat strategis. Seperti pinggir
jalan raya , jembatan hingga jalan-jalan sempit. Bendera yang di pasang mulai
berukuran mini , sedang sampai dengan bendera besar dengan tiang yang cukup
tinggi.
“ Maklum mereka ingin dikenal dan juga ingin dipilih
dalam pemilu 2014 nanti. Meskipun menghabiskan biaya yang cukup besar hal itu
ditempuh demi sebuah popularitas “, ujar H. Fatkhul Muin pengelola blog “PusatInformasi Masyarakat Pesisir “.
Fatkhul yang juga jurnalis warga di beberapa portal
berita on line mengatakan, pemasangan banner , spanduk maupun Baliho merupakan
salah satu jurus untuk menarik massa. Dengan jumlah calon yang cukup banyak
dalam setiap partai tentu caleg ingin mereka dikenal sekaligus dipilih dalam
pemilu nanti.
Apalagi dengan aturan yang berhak duduk atau jadi
adalah caleg dengan perolehan suara terbanyak. Maka masing masing calon
mempunyai hak yang sama untuk jadi dalam dapil masing-masing. Oleh karena itu
Tim sukses masing-masing saat ini mulai bergerak dengan memasang gambar dalam
rangka sosialisasi pada pemilih.
“ Tidak hanya pemasangan banner , baliho atau
spanduk saja . Tim sukses kini sudah mulai masuk dari pintu ke pintu untuk
meminta dukungan untuk jago mereka “, kata Fatkhul.
Sementara itu Machmud Suwandi pengamat Politik
tinggal di Demak dalam status FBnya menuliskan, Banner atau baliho merupakan
strategi dalam menarik pemilih. Oleh karena itu dibutuhkan dana yang cukup
besar dalam rangka kesuksesan menjadi anggota Dewan.
“Untuk amankan posisi dalam meraih kursi
DPRD kabupaten/kota, seorang caleg menyiapkan modal sampai Rp1 miliar. Modal
sebesar itu dipergunakan untuk membiayai kampanye diri (bikin; baliho, profil
di koran lokal dan contoh surat suara khusus yang dilengkapi dengan tanda
gambar mencoblos nama caleg)”, tulisnya
Selain untuk
sosialisasi para caleg juga butuh dana untuk operasional tim
(konsolidasi dan pembekalan lebih dari 10 kali, serta untuk monitoring, dll). Dan tak kalah
pentingnya juga memberi uang saku
sebagai pengganti tidak bekerja selama satu hari sebesar Rp 50.000 kepada
10.000 orang pemilih.
Pengalaman pemilukada (pilbup/pilgub) lalu, ada beberapa TPS (tempat pemungutan suara) yang hanya dicoblos oleh anggota KPPS (kelompok penyelenggara pemungutan suara) setempat, lantaran pemilih yang terdaftar (di DPT) lebih mementingkan bekerja di luar wilayah/desa daripada mencoblos dalam pemilu dengan resiko tidak memperoleh hasil (upah) guna mencukupi kebutuhan keluarganya. (Abah Ardans)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar