Demak - Saat ini banyak ilmuwan Indonesia
yang memilih berkiprah di luar negeri karena keterbatasan fasilitas riset di
Tanah Air, bahkan tidak sedikit yang mencetak prestasi mengagumkan. Salah
satunya adalah Prof. Dr. Ing Eko Supriyanto (36 Th), pria kelahiran
Desa Ngelo, Kec. Mijen, Kab. Demak, Jawa Tengah adalah alumnus Institut Teknologi Bandung yang meraih
gelar Professor waktu umur 33 tahun dan Doktornya di Hamburg, Jerman. Lebih
dari 25 penghargaaan internasional, 130 publikasi internasional dan berbagai
kedudukan strategis di beberapa negara dimilikinya saat ini.
Kiprahnya dalam bidang rekayasa biomedis
di negeri jiran Malaysia telah membuatnya meraih lebih dari 20 paten, terkait
dengan produk rekayasa biomedis. Produk yang dihasilkannya merupakan paduan
ilmu teknologi dan kedokteran, untuk menghasilkan alat-alat
pembantu diagnosis, terapi dan rehabilitasi. Beberapa produk di antaranya
adalah boneka pintar untuk menguji dan meningkatkan kemampuan anak balita, USG
untuk bidan, transceiver untuk telemedika, Power meter untuk mesin terapi
ultrasonik, Sonoimprometer untuk menguji alat USG, instrument magnetoakustik
untuk mendeteksi kanker payudara, alat deteksi dini penyakit Alzheimer,
biosensor untuk mendeteksi kanker serviks, robot untuk melakukan tomografi
ultrasonik, stimulator otak untuk meningkatkan kemampuan belajar, dan obat
herbal untuk mengobati kanker payudara.
. Prof. Eko berdiskusi tentang sistem pendidikan di Indonesia
dengan Menkoresra RI.
|
Salah satu produknya disebut Smart
Doll adalah alat boneka pintar karena tidak hanya buat mainan. “Boneka itu
saya namai Elissa. Boneka ini bisa menguji kemampuan anak-anak balita, terutama
bisa berfungsi bagi anak-anak berkebutuhan khusus,” jelas Eko seraya
menambahkan Elissa bisa menguji kemampuan kognitif, psikomotorik, sosio
emosional, bahasa dan wilayah lain yang menjadi standar dalam menganalisis perkembangan
anak.
“Setelah mendeteksi, alat akan
mengeluarkan hasil analisa dan program atau semacam kurikulum untuk memandu
training anak tersebut selama seminggu ke depan. Semua bertujuan agar kemampuan
anak lebih baik,” kata Eko. Ia menjelaskan, alat ini juga bisa menyanyikan
lagu yang disukai anak-anak dan mendongengkan sebuah cerita. Sistem di dalam
boneka ini telah diprogram untuk menyimpan beberapa lagu dan dongeng populer.
Alat yang ditujukan untuk membantu orangtua dan dokter mengenal anak ini dinamakan
Eko berdasarkan nama putrinya sendiri. Sekarang, alat telah dikembangkan dan
dipakai oleh beberapa pusat perkembangan anak di Malaysia.
Selain boneka pintar, juga
mengembangkan transceiver sistem telemedika, sebuah perangkat yang didesain
untuk meminimalisasi biaya diagnosis jarak jauh. Menurutnya, di pedesaan (rural
area) pun banyak masyarakat yang menderita penyakit seperti jantung, stroke
dan penyakit yang membutuhkan pemantauan. Dengan alat ini, pemantauan bisa
dilakukan secara mudah dan murah, hanya bermodal instalasi listrik. “Kita
hanya perlu listrik di desanya dan tak perlu internet karena internet
dibutuhkan setelah sampai di kota. Jadi, nanti kita jual satu perangkat alat yang terdiri pemancar dan
penerima saja. Teknologi ini sangat murah,” jelasnya.
Prof Eko menjelaskan kinerja teknologi pembuatan jantung kepada Wakil Perdana Menteri Malaysia, Sekjen Kementerian Pendidikan Malaysia, Direktur Utama Institut Jantung Negara Malaysia dan Rektor UTM.
|
Dalam
merancang setiap peralatannnya, Eko selalu berpegang teguh pada tiga hal, lebih
murah, lebih cepat, dan lebih aman. Hal itu dijadikan prinsip sebab menurutnya
teknologi diagnosis yang berdasarkan rekayasa biomedis haruslah aman dan bisa
dijangkau masyarakat luas.
Produk
selanjutnya adalah alat deteksi awal penyakit Alzheimer. Dengan alat ini kita
dapat memprediksi kapan seseorang akan mendapat penyakit Alzheimer. Dari
hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan, didapati bahwa alat ini mampu
mendeteksi Alzheimer, bahkan 30 tahun sebelum seseorang mendapat Alzheimer,
yang berakhir dengan kematian. Produk ini mendapat penghargaan internasional
sebagai produk dunia terbaik dari KIPA Korea Selatan dan produk paling kreatif
di dunia dari National Research Council Thailand pada tahun 2011.
Eko juga mengembangkan alat yang
bisa digunakan untuk mendeteksi kanker cerviks sejak dini. Lewat teknologi baru
yang dibuatnya, kanker cervix (leher rahim) bisa dideteksi hanya dengan
cara menganalisis pembalut wanita yang digunakan saat menstruasi. “Cara ini
akan membuat wanita lebih nyaman untuk di diagnosa apakah mempunyai kanser
serviks atau tidak,” tutunya.
Saat ini Eko dipercayai oleh
pemerintah Malaysia, untuk menjadi Direktur Pusat Penelitian Jantung Negara di bawah
Kerjasama antara Institut Jantung Negara Malaysia dan Universitas Teknnologi
Malaysia, setelah sebelumnya mengemban tugas sebagai Ketua Jurusan Sains
Klinikal di UTM. “Tugas saya adalah untuk menghasilkan jantung buatan yang
harganya dapat dijangkau dan aman untuk dipakai.
Di Malaysia, harga implantasi satu
Jantung Buatan adalah sekitar RM 500 ribu (Rp. 1.8 Milyar). Saya berharap harga
ini bisa ditekan menjadi hanya sekitar Rp. 800 juta, sehingga banyak orang yang
memerlukan jantung dapat diselamatkan hidupnya”, kata Eko. Riset tentang
jantung ini dilakukan melalui kerjasama dengan Universitas di Aachen Jerman dan
Australia. Sekarang ini Eko juga sedang menjajaki kemungkinan melakukan
kerjasama dengan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, untuk
mengaplikasikan beberapa penemuannya di masa mendatang.
Sementara itu, Warga Demak
di Jakarta, H. Agus Rohmat saat disambangi di rumahnya di bilangan Kebun Jeruk
mengungkapkan kegembiraannnya disaat sama-sama menjadi narasumber dalam Seminar
Nasional tentang “Pendidikan Nasional yang Berkarakter”, beberapa waktu lalu
bahwa kalau Kabupaten Demak mempunyai Putra Terbaik Bangsa, bahkan diakui
Negara Jerman, Malaysia yang berani menggaji sangat tinggi dan Indonesia
sendiri serta Dunia luar karena mahir beberapa bahasa. “Hingga di libatkannya
di beberapa lembaga dunia seperti WHO, lembaga pemerintah seperti Kementerian
Kesehatan, Kementerian Pendidikan, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian
Pertahanan dan Kepolisian,” tutur Pamen Polisi ini.
Di Indonesia, beliau juga berkiprah
untuk menjadi penasehat para kepala daerah untuk pembangunan daerah dan
pendidikan, misalnya di Kabupaten Pelalawan, Riau dan Kabupaten Karimun,
Kepulauan Riau, yang tempatnya cukup dekat dari rumah Eko di Johor Bahru Malaysia.
Selain itu Eko juga masih aktif sebagai Guru Besar di Departemen Radiologi,
Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung.
Lebih jauh diceritakannya, mas Eko
pria kelahiran Desa Ngelo, Kec. Mijen, Kab. Demak, yang masa
kecilnya di bangku SD, SMP di Mijen sambil memelihara kambing (Angon-red) dan
bangku SMA di Magelang sambil jualan koran memperoleh gelar Professor saat usia
33 Tahun, sangat pantas menjadi Pejabat Negara untuk memajukan Bangsa Indonesia
di mata dunia Internasional sesuai dengan keahliannya yaitu Menristek maupun
Wapres, hingga suatu saat tidak mustahil menjadi Presiden. “Bahkan mas Eko
mengutarakannya ingin terjun ke dunia politik, kalau sudah mempunyai uang Rp.
70 trilyun, karena kalau menjadi pemimpin dengan memiliki uang tidak akan korupsi.
Subhanallah,” ujar Agus meniru ucapan mas Eko.
Selama di Jerman beliau juga aktif
berorganisasi, bahkan sempat berkecimpung sebagai Ketua Umum Ikatan Ahli dan
Sarjana Indonesia di Jerman, sebuah organisasi yang didirikan oleh Professor
Habibie pada tahun 1976. Beliau pernah menjadi Ketua Konferensi Internasional
“Menuju Indonesia 2020” pada tahun 2004 di Hamburg, dan “Teknologi untuk
Indonesia” pada tahun 2006 di Duisburg.
Ketika di Hamburg beliau sempat
bertemu dengan Presiden Gus Dur. Sementara ketika di Duisburg, beliau sempat
berdiskusi dengan Menristek Indonesia dan Menteri Riset dan Pendidikan Jerman.
Pada tahun 2004, beliau juga dipercayai oleh warga Indonesia di Jerman, untuk
menjadi Ketua Pemilihan Luar Negeri (PPLN/ KPU Luar Negeri) Wilayah Jerman
Utara. Beliau ini orang yang mengagumi ketokohan Gus Dur sebagai orang yang berani
membela yang benar, kesetaraan dan pluralisme.
Selain itu, beliau juga tegas dan
disiplin, karena beliau sempat mengenyam pendidikan selama 3 tahun, di
Universitas Angkatan Bersenjata Jerman.
“Teman saya
adalah para perwira terbaik dari seluruh dunia, yang saat itu belajar di
Universitas Angkatan Bersenjata Jerman. Saya faham betul kehidupan militer,
strategi militer dan berbagai teknik dalam pertahanan dan keamanan”m ujarnya.
Beliau menganggap, Indonesia perlu
dipimpin oleh seseorang yang merupakan gabungan antara Gus Dur (karena
keberanian membela minoritas dan yang lemah), Prabowo (karena keberanian dan
ketegasannya dalam membela Negara), Habibie (karena kepandaiannya dalam bidang
teknologi) dan Jokowi (karena keberaniannya untuk turun kebawah).
Saat ini Eko juga mengaggumi
kemampuan Jokowi untuk turun ke bawah. Sifat ini juga dimiliki oleh Eko, karena
memang beliau adalah orang desa, yang faham tentang kehidupan orang-orang di
desa, kehidupan orang-orang miskin dan terpinggirkan. “Saya yakin Indonesia,
akan lebih baik, kalau dipimpin oleh orang-orang yang mempunyai
karakter-karakter gabungan seperti diatas,” paparnya.
Prof. Eko menerima penghargaan sebagai penemu produk terbaik dunia, dalam kompetisi produk internasional di Seoul, Korea Selatan. |
Ditambahkan Kombes Pol. H. Agus
Rohmat, S.Ik, SH, M.Hum, yang saat ini menjabat Dir. Serse Narkoba Polda Kepri,
sosok Professor Eko meskipun usianya masih muda namun kemampuannya sudah tidak
diragukan lagi meskipun saat ini berada di Malaysia hingga keliling dunia
dengan kesibukannya, sehingga bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin seperti mas
Eko.
“Sosok Professor Eko layak memimpin
bangsa Indonesia, karena sangat cerdas, mempunyai impian terbang ke planet
Mars. Sudah banyak menciptakan alat tehnologi kesehatan, dan saat ini sedang
melakukan penelitian pembuatan jantung tiruan yang dibiayai Malaysia,”
paparnya.
Selain itu ternyata Prof. Eko, juga
mempunyai beberapa penemuan dalam bidang pertahanan, seperti “Kapal Patroli
Tanpa Awak dan Tanpa Bahan Bakar”, keamanan seperti “Alat Pendengar Jarak
Jauh”, serta pendidikan, seperti “ Peralatan untuk mendukung implementasi
pendidikan IPA untuk Sekolah Dasar dan Menengah berdasar kurikulum 2013”.
Bahkan alat ini pernah dipresentasikan kepada Wamen Dikbud di Jakarta pada
pertengahan tahun 2013.
Di tempat terpisah, Antok orang
dekat Professor Eko juga mengharapkan Kabupaten Demak memiliki putra-putri terbaik
di bidangnya masing-masing, tidak hanya mas Eko. Sehingga bisa membawa nama
harum Kabupaten Demak khususnya bangsa Indonesia di mata dunia Internasional.
(Moh.Ridwan)
Sumber : www.BEDAnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar