Petani garap lahan garam |
Demak – Petani garam warga Nahdliyin di kabupaten Demak
saat ini hidupnya masih memprihatinkan. Mereka tinggal di desa-desa penghasil
garam di kecamatan Wedung diantaranya desa Kendalasem, Tedunan, Kedungkarang,
Kedungmutih, Babalan ,Berahan Wetan ,Mutih Kulon dan Mutih Wetan. Hal ini bisa
dilihat dari kondisi rumah dan penghasilan mereka sehari-hari.
“
Saya melihat kehidupan mereka jauh dari sejahtera . Selain rumah yang kurang
layak huni . Untuk menyekolahkan anak dan biaya hidup sehari-hari harus cari
sambilan lain”, kata Hamzawi Anwar, BA Ketua Koperasi “Margi Rahayu “
Kedungmutih yang anggotanya kebanyakan petani garam NU .
Mengandalkan
hasil garam jelas tidak mencukupi untuk biaya hidup sehari-hari. Oleh karena
itu mereka mencari penghasilan lain seperti menjadi tukang, buruh kasar, jualan
. Bahkan anak dan istri mereka banyak yang dikirim menjadi TKI ke Luar Negeri.
“
Rumah-rumah mereka direnovasi bukan hasil dari penjualan garam namun hasil dari
gaji anak atau istri mereka yang bekerja di luar negeri menjadi TKW “, tambah
Hamzawi.
Hamzawi
yang juga petani garam mengatakan jika harga garam bagus memang hasil garam
bisa menopang kehidupan para petani garam. Namun saat ini harga garam masih
ganjang-ganjing tidak ada standar khusus seperti halnya gabah dan hasil
pertanian lain.
Biasanya
petani garam bisa menikmati harga bagus dikala panen awal. Namun jika panen
sudah mulai merata harga garam setiap hari terus menurun hingga menuju ke titik
terendah.
Bagi
petani garam yang punya banyak tabungan mereka bisa menyimpan di gudang. Namun
bagi petani gurem mereka tetap menjual garam meski harganya murah karena
terdesak kebutuhan.
“
Ini musim garam sudah selesai petani gurem kebanyakan tidak mempunyai simpanan
garam. Ratusan gudang garam di lahan kebanyakan milik petani yang bermodal dan
para investor atau pemilik modal “, tambah Hamzawi.
Dana
Talangan Panen
H. Mustain salah seorang petani garam asal desa
Kedungkarang mengatakan, untuk meningkatkan kesejahteraan petani garam negara
harus menyediakan dana talangan (pinjaman) ketika panen raya.
Dengan
adanya dana pinjaman itu petani lantas tidak menjual garamnya ketika harga
jatuh . Namun mereka bisa menyimpan garamnya di lahan dengan tenang.
H. Mustain |
“
Nah nanti ketika harga mulai beranjak naik , mereka bisa menjual garamnya
dengan harga yang bagus. Hasil penjualan mereka bisa untuk membayar pinjaman
dan sisanya bisa digunakan untuk kebutuhan keluarga “, kata Ahmadi.
Alex
Sholikhan dari LPNU Pusat mengatakan ,
sebenarnya potensi garam yang dihasilkan petani garam NU cukup bagus untuk
dikembangkan . Oleh karena itu fihaknya
kini mengadakan pendampingan pada para petani NU . Dengan pendampingan ini
diharapkan kesejahteraan mereka bisa meningkat.
Salah satunya adalah bagaiman petani bisa
membuat garam konsumsi beriodium yang bagus.
Garam mereka harganya akan berlipat
jika diolah menjadi garam konsumsi. Apalagi jika garam iodium ini bisa
masuk pabrik makanan yang kebutuhannya terus menerus.
“
Inilah yang menjadi sasaran kami dari LPNU agar garam petani NU Demak ini
meningkat kualitas serta harganya.
Selain itu kami juga akan mencarikan link atau jaringan pemasaran” kata
Alex S pada NU Online di sela-sela pelatihan pembuatan garam konsumsi beriodium
yang diselenggarakan di desa Kedungmutih . (Muin)
Keren sob
BalasHapuswww.kiostiket.com