Demak - Ada fenomena
yang menarik dari pembagian beras miskin atau dikenal sebagai Raskin. Rupanya
beras raskin yang setiap sebulan sekali didapatkan oleh masyarakat tidak banyak
yang mengkonsumsinya. Namun setelah sampai di rumah beras itu ditukarkan atau
di jual lagi ke pasar-pasar tradisional.
“ Setiap bulan sekali saya pasti
membawa beras raskin 20 – 30 zak yang saya beli dari tetangga kemudian saya
jual lagi ke pasar sini “ tutur Taslimah (40) warga desa Babalan yang ditemui
di pasar baru desa Kedungmutih Senin ini.
Taslimah mengatakan beras raskin yang
diterima warga desanya kebanyakan dijual lagi ke pengepul . Selain kualitasnya
yang kurang bagus untuk dimakan juga bisa dapat uang pengembalian.
Satu zak beras raskin yang di beli
dari balai desa rata-rata berharga Rp 25 ribu . Namun setelah
dijual lagi mereka bisa mendapatkan uang Rp 85-90 ribu. Keuntungannya bisa
separohnya , kadang-kadang bisa lebih.
“ Dari pembelian beras raskin warga
saya bisa dapat untung Rp 5 – 10 ribu setiap zaknya. Beras raskin ini dibeli
para pengepul beras setelah terkumpul banyak di setorkan lagi ke gudang Dolog
“, kata Macan suami Taslimah.
Macan mengatakan pembagian beras raskin
di desanya menggunakan system bagi rata. Semua warga baik kaya atau miskin
semuanya mendapatkan jatah beras miskin itu. Sehingga satu zak seberat 15 Kg
itu tidak untuk 1 KK namun dibagi 2 / 3 KK.
“ Anehnya setelah di tebus dari ketua
RT masing-masing kebanyakan beras itu tidak dimakan . Namun dijadikan uang
kembali dengan cara dijual kepada pengepul beras”, kata Macan yang sehari-hari
bekerja sebagai tukang Ojek.
Sementara itu Nur Ain (55) warga desa
Babalan mengatakan , jika mendapatkan beras raskin ia melihat dulu kualitasnya. Jika layak untuk dimakan
biasanya tidak dijual dan di konsumsi sendiri. Tetapi jika kualitas beras
raskin kurang bagus kebanyakan tidak dimakan , namun dijual lagi ke pasar. (Muin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar