Demak – Bulan Mei ini memasuki
musim kemarau di kabupaten Demak , hal ini ditandai tidaknya turun hujan sudah
lebih dua puluh hari. Hal ini berakibat mengeringnya tandon air di kolam-kolam
dan juga saluran tersier yang menuju ka area persawahan . Sehingga persawahan
kini mulai mongering dan membuat sebagian petani resah. Padi yang ditanamnya
baru setengah jalan untuk menuju panen.
Kabaredemak.com yang
melihat dari dekat persawahan di Wedung Utara diantaranya desa Bungo ,
Mutihkulon, Mutih Wetan dan Jungpasir mengalami kekeringan karena air yang
mulai menipis . Bahkan beberapa diantaranya ada yang sudah pecah-pecah tanahnya
menandakan kurang air. Sehingga mereka khawatir jika tidak ada hujan atau
gelontoran air padinya akan mati,
“ Ya gimana lagi saya
tanam padi terhitung paling lambat , saat ini tanaman padi saya baru berumur
satu bulan. Kondisinya sih bagus kelihatannya tapi ya itu sudah tidak ada hujan
lagi . Akhirnya tanahnya mulai pecah-pecah mau tidak mau harus isi air dari
sungai “, kata Ali Asrori (60) warga desa Jungpasir pada kabaredemak di
sawahnya.
Asrori mengatakan jumlah
lahan di desa Jungpasir yang rawan kekeringan pada MT II ini ada 300 Hektar.
Kondisi saat ini sudah berjalan separuh menuju ke panen . Tanaman padi yang di
tanam bagus sehingga petani Jungpasir berharap ada gelontoran air dari Waduk
Kedungombo. Tandon air di sungai Lobang sudah turun jauh debitnya.
Pak Ali Asrori petani asal Desa Jungpasir Demak |
“ Ya kita petani di sini
berharap ada solusi dengan gelontoran air dari Waduk Kedungombo untuk mengisi
saluran air yang sudah turun. Kalau air tinggi kita tidak butuh pompa air .
Dalam kondisi seperti ini semua petani harus memompa air dari sungai atau
saluran “ tambah pak Asrori.
Selain desa Jungpasir
persawahan yang terdampak menipisnya air ini juga dialami desa Mutih Kulon
kurang lebih 500 Hektar . Persawahan Mutih Wetan kurang lebih juga 500 hektar ,
belum desa Bungo dan Berahan Wetan. Jika tidak ada gelontoran air dalam waktu
dekat ribuan hektar sawah itu akan Puso atau gagal panen.
“ Ya solusinya ya ada
pertemuan pimpinan pimpinan desa yang mengalami kekeringan sawahnya untuk
membahas bagaimana air dari Wedung Kedungombo bisa digelontorkan ke sini . Soal
biaya bisa ditanggung bersama-sama . Justru jika tidak ditangani akan berdampak
kerugian Miliaran rupiah “, kata salah satu Warga Jungpasir yang enggan disebut
namanya .
Dia juga mengatakan
dengan persawahan yang gagal panen akan berdampak pada lesunya perekonomian
warga. Pasarpun akan sepi karena daya beli turun dan juga yang lainnya. Oleh
karena itu ia berharap ada gerakan pemerintahan desa untuk mengatasi hal ini . (Muin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar