Bayi diarak keliling kampung |
Demak – Di kawasan
pantura Jawa Tengah khususnya di daerah kabupaten Demak. Ada tradisi yang masih
dilestarikan berkaitan dengan lahirnya seorang bayi. Tradisi ini sudah ada
sejak dulu puluhan atau ratusan tahun . Namun beberapa orang masih
melestarikannya sampai sekarang.
Tradisi ini berawal dari adanya
wanita yang hamil. Keluarganya entah suami atau kakek dan neneknya berharap
bayi yang dilahirkan misalnya laki-laki. Jika nanti kelak benar lahir bayi yang
diinginkan maka mereka akan melaksanakan nadzar tersebut. Yaitu dengan
melakukan udik-udikan.
Udik-udikan adalah adalah melakukan
shodaqoh berupa uang recehan yang dilakukan dengan dibuang. Biasanya uang
recehan itu dicampur dengan beras kuning dan kembang. Dulu uang yang diberikan
recehan Rp 2, 3, 5 . Kini yang dibuang recehan Rp 100 ,500 dan 100.
anak-anak rebutan uang receh |
“ Ya gimana lagi udah tradisi ya kita laksanakan saja. Lha
wong keinginan saya sudah terpenuhi cucu laki-laki saya sudah lahir. Dulu
ketika masih hamil saya sudah ujar “, kata Mukholifah warga desa Kedungmutih
pada demakpos, Rabu (2/4).
Mukholifah melakukan udik-udikan
untuk cucunya yang kedua. Diawali dari rumah dengan menggendong cucunya ia
keluar rumah. Mendampingi dirinya adalah dukun bayi yang merawat anak dan
cucunya. Dukun bayi dengan membawa baki berisi uang dan uborampenya ikut keluar
rumah.
Diluar rumah sudah menunggu
anak-anak kecil yang siap menunggu udik-udikan. Bayi dalam gendongan kemudian
diarak keluar rumah. Berjalan memasuki gang dan jalan kampung. Uang pun
disebarkan disepanjang perjalanan. Dengan berebutan anak-anakpun memunguti uang
recehan.
Merbot mengadzani si bayi |
Sesampainya di depan masjid
rombonganpun memasuki halaman. Seterusnya bayi dibawa naik memasuki masjid.
Bayi disambut oleh merbot masjid lalu di kumandangkan adzan di telinga kanan
dan iqomat di telinga kirinya. Setelah
itu bayi kembali di bawa pulang dan uangpun kembali disebarkan.
Agar acara udik-udikan meriah maka
ketika keluar dari rumah . Bayi dan rombongan menuju masjid bersamaan dengan
selesainya shalat jamaah di Masjid. Ketika bayi memasuki masjid maka para
jamaah menyambutnya dengan suka cita.
“ Ya ini hanya menjalankan tradisi
orang –orang dulu. Agar lestari sampai sekrang maka harus kita jalankan
meskipun tidak semeriah seperti dulu “, kata Mukholifah. (Muin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar