Jumat, 30 Mei 2014

Bambu Masih Tetap di Buru Sebagai Pengganti Kayu

script type="text/javascript">
Bambu diturunkan dari truk

Demak – Sejak dahulu bambu dikenal sebagai tanaman yang mempunyai banyak manfaat. Selain digunakan sebagai bahan kerajinan tangan untuk berbagai keperluan. Tanaman jenis rumput-rumputan ini juga dibutuhkan para nelayan dan petani tambak sebagai bahan bangunan sebagai pengganti kayu.

Bambu ini oleh para nelayan dibuat untuk bagan-bagan tancap atau apung dilaut. Bambu itu dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menyanggah jaring untuk menangkap ikan. Satu bagan tancap atau apung membutuhkan bambu puluhan hingga ratusan tergantung dari besarnya bagan tancap atau apung.

Sedangkan para petani tambak membutuhkan bamboo ini sebagai tiang pembuat gubug atau gudang garam. Dengan tiang bambu ini biaya pembuatan gudang lebih murah jika dibandingkan dengan kayu. Oleh karena itu jika musim garam tiba rezeki penjual bamboo cukup berlimpah.

“ Meski kayu lebih awet , namun harga kayu cukup mahal. Petani tambak masih membutuhkan bamboo. Satu gudang garam sedang setidaknya butuh bamboo lebih 50 batang “, ujar Zaedun penjual Bambu di pasar lama desa Kedungmutih.

Zaedun yang membantu usaha ibunya mengatakan , bambu-bambu jualannya itu ia pasok dari daerah Jepara seperti Mayong, Nalumsari , Bate , dan daerah hutan lainnya. Biasanya pembelian bambu dengan cara borongan satu truk dengan ukuran beragam.

Sesampainya di tempat bambu-bambu itu seterusnya dipilah-pilah sesuai dengan ukurannya . Ada ukuran  bambu besar panjang , besar sedang , dan kecil. Harga yang ditawarkan kepada konsumen juga berbeda-beda tergantung dari jenis dan panjangnya. Harga yang ditawarkan berkisar Rp 10 ribu – Rp 100 ribu.

“ Biasanya kalau untuk pembuatan bagan apung membutuhkan bambu dengan ukuran sedang sampai besar harga perbatang bisa sampai 100 ribu. Tetapi jika untuk membuat peralatan oleh garam biasanya bambu ukuran sedang atau kecil “, cukup.

Usaha penjualan bambu ini menurut Zaedun cukup prospektif dengan keuntungan yang lumayan besar. Tinggal pandainya kita menaksir harga borongan pembelian bambu dari pengepul  asal Jepara dan daerah lainnya. Selain itu juga pandai-pandainya kita memilah bambu sesuai dengan jenis dan peruntukkannya.


“ Ya yang namanya usaha ya kadang untuk besar , ya kadang untuk sedikit. Pandai-pandainya kita mengatur keuangan. Yang penting kita bagus melayani pelanggan keuntungan akan datang dengan sendirinya”, kata Zaedun yang membuka usaha hampir 6 tahun.(Muin)

script type="text/javascript">

1 komentar: