Kamis, 19 Juni 2014

Lewat Bidikmisi, 2 Putra Blitar Kuliah Kedokteran Gratis



TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA- Tidak ada yang tidak mungkin diraih di dunia iniu, khususnya pendidkan.


Doni Ardian Putranto (20) dan Yafi Rushan Rusli (20) sama-sama putra Kabupaten Blitar dan bukan berasal dari keluarga kaya.

Namun mereka juga sama-sama beruntung bisa masuk Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.

Fakultas berbiaya mahal yang sulit diakses kalangan tidak mampu.

Doni  adalah anak tunggal seorang tukang bangunan. Sementara Yafi, adalah anak pengusaha tambak ikan skala kecil.

Ibu Doni adalah ibu rumah tangga, sedangkan ibu Yafi guru sekolah dasar.

Dua mahasiswa yang masing-masing duduk di semester enam dan semester empat itu, berhasil masuk FK Unair melalui program Bidikmisi.

Artinya, orangtua mereka tak harus mengeluarkan uang ratusan juta rupiah seperti mahasiswa lain yang masuk kampus itu lewat jalur reguler.

Perawakan dan penampilan keduanya biasa-biasa saja, tidak ada yang wah.

Saat ditemui Surya (Tribunnews.com Network) di kampus, keduanya sama-sama mengenakan kemeja dan celana kain seperti mahasiswa FK lain yang diwajibkan mengenakan baju seperti itu.

“Sejak awal saya memang ingin sekolah dokter, karena profesi dokter memang dibutuhkan dan dicari banyak orang. Ibaratnya, saya tidak perlu pergi kemana-mana, bisa tetap bersama keluarga sambil menunggu pasien yang datang berobat,” ujar Doni mengawali ceritanya, Rabu (4/6/2014).

Meski sejak awal juga menyadari penghasilan orangtua tidak akan bisa membiayai pendidikan di fakultas kedokteran yang terbilang mahal, namun Doni tak surut bermimpi.

Setidaknya hal itu bisa terlihat dari kemampuannya menyabet sejumlah prestasi semasa duduk di bangku SMA.

Salah satu prestasi yang diraihnya adalah sebagai juara 2 kompetisi Geolympic 2012 yang diselenggerakan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

“Waktu SMA dulu memang saya tertarik dan menggeluti berbagai bidang, seperti geologi, biologi, dan fisika,” kata alumni SMAN 1 Blitar tersebut.

Setelah lulus SMA, anak tunggal itu mulai mendaftar Bidikmisi untuk program studi Pendidikan Dokter di Universitas Airlangga.

Baginya, Universitas Airlangga adalah satu-satunya kampus negeri di Jawa Timur yang memiliki fakultas kedokteran paling bergengsi dengan biaya paling murah dibanding kampus lain di Jatim.

“Sebelumnya sempat kepikiran ingin ambil di Universitas Brawijaya di Malang, tetapi di sana kan juga mahal,” imbuhnya.

Dia pun dinyatakan lulus seleksi program itu. Selanjutnya, ia tak bisa hanya ongkang-ongkang kaki, karena harus mempertahankan prestasi agar beasiswa itu tidak lepas.

Tanpa program Bidikmisi, Doni mengaku mustahil bisa berkuliah di Fakultas Kedokteran.

Maklum, seandainya melalui jalur yang lain, tentu orangtuanya harus menyiapkan duit ratusan juta rupiah.

Memang, uang tunjangan yang diberikan pemerintah melalui program Bidikmisi tidak benar-benar cukup baginya untuk hidup di Surabaya.

Namun bagi dia, untuk buku-buku dan peralatan kuliah kedokteran lain, masih bisa dia pinjam dari senior-seniornya di kampus.

Menyadari keberhasilannya menembus Fakultas Kedokteran adalah berkah, Doni telah bernazar sejak kini.

Kelak, saat berhasil menjadi dokter, dia akan menggratiskan biaya pengobatan bagi para pasien yang datang setiap Jumat.

Demikian pula bagi pasien-pasien dari kalangan ekonomi tidak mampu, juga akan digratiskannya. “Itu nazar saya sejak sekarang ini,” ucap Doni. (ben)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar