Kamis, 19 Juni 2014

Berkat Bidikmisi, Pelajar Berprestasi Anak Penjual Bambu dan Buruh Tani Bisa Kuliah di Kedokteran Unpad



[Unpad.ac.id, 18/06/2014] Biaya pendidikan yang tidak murah serta seleksi yang ketat, membuat banyak orang pesimis untuk mendaftar ke program studi yang banyak diminati calon mahasiswa seperti Kedokteran Unpad. Hal ini pula yang sempat dirasakan Waryanto dan Atih Novia Apriliani. Mereka adalah 2 dari 14 mahasiswa program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Unpad yang diterima melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2014 dan dinyatakan lolos sebagai penerima Bidikmisi.
Waryanto dan Atih Novia Apriliani (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Waryanto dan Atih Novia Apriliani (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Saat ditemui di sela-sela pelaksanaan registrasi administrasi untuk mahasiswa baru di Bale Santika, Rabu (18/06), Atih dan Waryanto mengaku sangat senang sekaligus bangga bisa menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Unpad. Keduanya berjanji akan menjaga amanah ini sebaik mungkin.
Mulanya, Atih merasa tidak percaya diri mendaftar di Fakultas Kedokteran Unpad. Yang ia dengar,  kuliah di Fakultas Kedokteran bukan hanya sulit seleksinya tetapi juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. “Kuliah kan harus biaya banyak. Tapi orang tua kalau biaya segitu enggak ada. Apalagi kalau punya cita-cita dokter biayanya bisa sampai ratusan juta,” tutur Atih.
Ayah Atih adalah seorang penjual bambu yang penghasilannya tidak tetap setiap bulannya. Sementara Ibu Atih adalah seorang ibu rumah tangga. Atih adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Alumni SMAN 1 Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat ini merupakan siswa berprestasi di sekolahnya dan sering meraih peringkat satu di kelas sejak duduk di Sekolah Dasar.
Senada dengan Atih, Waryanto juga mengaku bercita-cita menjadi dokter, namun terkendala biaya. “Kalau enggak ikut Bidikmisi takutnya nyusahin orang tua. Ayah seorang buruh tani. Jadi susah dapat uang untuk kuliah,” tutur bungsu dari sembilan bersaudara ini.
Sehari-hari, Ayah Waryanto mengelola sawah milik orang lain yang dibayar dengan sebagian hasil panennya. Ibu Waryanto adalah seorang ibu rumah tangga, yang sering pula ikut membantu suaminya di sawah. Sama seperti Atih, Waryanto merupakan siswa berprestasi dimana ia sering menjadi juara umum di sekolahnya. “Terima kasih. Dengan Bidikmisi, banyak anak-anak yang berpotensi tapi biayanya enggak ada, jadi bisa kuliah,” tutur alumni SMAN 1 Anjatan, Indramayu ini.
Pada kesempatan tersebut, Atih juga mengucapkan rasa terima kasihnya kepada pemerintah dan Unpad atas adanya program ini.  “Terima kasih untuk pemerintah yang sudah ngasih Bidikmisi, juga Unpad yang telah mengizinkan saya masuk Fakultas Kedokteran. Mudah-mudahan saya bisa memberikan kontribusi yang baik dan menjaga amanah ini agar saya tetap bisa berprestasi,” tutur Atih.
Sejak kecil, Atih dan Waryanto memang bercita-cita menjadi dokter. “Waktu SD ingin jadi dokter kayaknya keren. Seiring berjalannya waktu, tambah umur, yang dilihatenggak hanya kerennya saja. Di masyarakat, dokter masih sangat dibutuhkan,” tutur Waryanto yang mengaku masih kesulitan menemukan dokter di daerah tempat tinggalnya di Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu.
Kedepannya, Atih dan Waryanto berharap dapat menjadi mahasiswa yang berprestasi dan lulus menjadi dokter yang berkualitas dan dapat membatu masyarakat, serta membanggakan orang tua. “Saya ingin menjadi dokter yang berkualitas, dokter yang benar. Saya ingin mengabdi di masyarakat,” tutur Waryanto.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar