INILAH.COM, Semarang - Pendidikan kedokteran merupakan salah satu bidang ilmu termahal saat ini. Bagi Dewi Nur Fatimah, puteri seorang tukang kayu di Sragen, Jawa Tengah ini, impian menjadi dokter jauh dari angan.
Keterbatasan ekonomi awalnya kendala besar bagi Dewi melanjutkan ke perguruan tinggi. Berbekal prestasi di sekolah, doa orang tua dan informasi tentang Bidikmisi, kini Dewi lulus di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tahun 2012, Dewi dikunjungi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh di rumah gubugnya di Sragen, Jawa Tengah.
Di hadapan Mendikbud, mahasiswi yang saat itu sedang menempuh semester dua ini mengaku bahagia dan terharu karena tidak pernah menyangka dirinya bisa kuliah tanpa mengeluarkan uang, bahkan mendapatkan uang setiap bulannya.
Ibunda Dewi hanya seorang ibu rumah tangga. Tapi doanya untuk Dewi tak pernah putus agar puteri kesayangannya dapat melanjutkan sekolah. Sang bunda sadar, tidak mungkin jika dengan kondisi ekonominya.
“Saya sering mikir, anak pintar tapi ga bisa sekolah, sedangkan anak yang ga pintar tapi punya uang, bisa sekolah,” ujar wanita paruh baya itu hampir menangis, Selasa (5/11/2013).
Karena bidikmisi, doa kedua orang tua Dewi akhirnya terjawab. Dewi bisa kuliah di salah satu fakultas kedokteran di UNS. Dengan IP 3,1, anak ke dua dari tiga bersaudara ini memberi kebanggan pada orang tuanya.
Kedua orang tua Dewi tidak mengenyam pendidikan yang cukup dulunya. Ayahnya tamatan SMA swasta, dan ibunya tidak sekolah. Rumah merekapun sangat memprihatinkan, hanya bangunan kumuh yang tidak berplafon, dan tidak ada barang berharga apapun di dalamnya.
Dewi merupakan lulusan SMA negeri 1 Surakarta. Diusianya yang baru 19 tahun saat ini, dia mengaku semangat untuk belajar. Ucapannya pun terbukti, karena dari nilai semester satu tidak ada nilainya yang mengecewakan. “Ga ada nilai C, nilainya A sama B saja,” katanya
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbud Djoko Santoso mengatakan, perguruan tinggi (PT) telah membuka pintu selebar-lebarnya bagi seluruh lapisan masyarakat yang ingin mengenyam pendidikan tinggi.
Keterbatasan ekonomi awalnya kendala besar bagi Dewi melanjutkan ke perguruan tinggi. Berbekal prestasi di sekolah, doa orang tua dan informasi tentang Bidikmisi, kini Dewi lulus di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tahun 2012, Dewi dikunjungi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh di rumah gubugnya di Sragen, Jawa Tengah.
Di hadapan Mendikbud, mahasiswi yang saat itu sedang menempuh semester dua ini mengaku bahagia dan terharu karena tidak pernah menyangka dirinya bisa kuliah tanpa mengeluarkan uang, bahkan mendapatkan uang setiap bulannya.
Ibunda Dewi hanya seorang ibu rumah tangga. Tapi doanya untuk Dewi tak pernah putus agar puteri kesayangannya dapat melanjutkan sekolah. Sang bunda sadar, tidak mungkin jika dengan kondisi ekonominya.
“Saya sering mikir, anak pintar tapi ga bisa sekolah, sedangkan anak yang ga pintar tapi punya uang, bisa sekolah,” ujar wanita paruh baya itu hampir menangis, Selasa (5/11/2013).
Karena bidikmisi, doa kedua orang tua Dewi akhirnya terjawab. Dewi bisa kuliah di salah satu fakultas kedokteran di UNS. Dengan IP 3,1, anak ke dua dari tiga bersaudara ini memberi kebanggan pada orang tuanya.
Kedua orang tua Dewi tidak mengenyam pendidikan yang cukup dulunya. Ayahnya tamatan SMA swasta, dan ibunya tidak sekolah. Rumah merekapun sangat memprihatinkan, hanya bangunan kumuh yang tidak berplafon, dan tidak ada barang berharga apapun di dalamnya.
Dewi merupakan lulusan SMA negeri 1 Surakarta. Diusianya yang baru 19 tahun saat ini, dia mengaku semangat untuk belajar. Ucapannya pun terbukti, karena dari nilai semester satu tidak ada nilainya yang mengecewakan. “Ga ada nilai C, nilainya A sama B saja,” katanya
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbud Djoko Santoso mengatakan, perguruan tinggi (PT) telah membuka pintu selebar-lebarnya bagi seluruh lapisan masyarakat yang ingin mengenyam pendidikan tinggi.
Tentu saja mereka yang ingin masuk PT harus memenuhi kualifikasi dan persyaratan tertentu. Tahun 2012, Kemdikbud menargetkan 40.000 mahasiswa baru dalam program ini, dan tahun 2013 menargetkan 50.000 mahasiswa.
Bidikmisi merupakan salah satu program afirmatif yang tertuang dalam Undang-Undang Pendidikan Tinggi. Dengan demikian, nantinya tidak lagi tergantung menteri atau siapa pun karena sudah menjadi amanat perundangan. [rok]
Bidikmisi merupakan salah satu program afirmatif yang tertuang dalam Undang-Undang Pendidikan Tinggi. Dengan demikian, nantinya tidak lagi tergantung menteri atau siapa pun karena sudah menjadi amanat perundangan. [rok]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar