Ada tradisi yang masih dilestarikan berkaitan dengan
bulan Mulud atau Rabiul Awwal. Dipelosok desa pesisir utamanya di
kabupaten Demak dan Jepara ada keramaian tersendiri. Mulai tanggal 1 sampai
dengan 12 habis shalat isya’ jamaah tidak langsung pulang. Mereka bersama-sama
membaca barjanji di Masjid atau musholla.
Dengan dipandu 3-4 orang , jamaah mengikuti bacaan
barjanji yang dilantunkan . Sehingga dari kejauhan suara terdengan sahut
sahutan. Bacaan yang di baca diantaranya sholawat nabi serta kisah nabi dalam
bahasa arab.
“ Tradisi ini sudah ada sejak saya masih kecil .
Bacaannya dari dulu hingga sekarang tidak berubah . Yang berubah adalah jumlah
jamaah yang hadir dulu banyak sekarang sudah berkurang tidak seperti dulu “,
ujar Jambari jamaah Musholla “Baitul Muttaqin” desa Kedungmutih Wedung Demak
pada FORMASS, Selasa (14/1).
Jambari mengatakan selain baca barjanji bersama-sama
. Jamaah dari rumah masing-masing membawa makanan dan minuman ala kadarnya.
Diantaranya kue , nasi bungkus, pisang goreng dan yang lainnya. Sementara
minuman ada yang membawa wedang teh , wedang sirup dan makanan lainnya.
“ Makanan di bagi setelah bacaan barjanji selesai
dilanjutkan dengan doa. Makanan dibagikan secara melingkar sehingga semua
kebagian dengan merata “, tambah Jambari.
Hal sama juga dikatakan Musa Abdillah warga desa
Bandung Rejo kecamatan Pecangaan kabupaten Jepara. Tradisi memeriahkan bulan
kelahiran nabi juga dengan pembacaan barjanji secara bergiliran.
Anak-anak muda dengan urut membaca barjanji dari awal sampai akhir. Sedangkan
orang tua dilewati dalam pembacaan . Sehingga mereka yang mendapatkan giliran
harus bersiap –siap menunggu giliran. Sehingga mereka yang kebagian harus mempersiapkan
terlebih dahulu.
“ Nah untuk konsumsinya kalau disini bergiliran.
Satu hari dijatah untuk 3-4 orang. Sedangkan untuk puncaknya biasanya diisi
pengajian dengan mengundang penceramah dari luar “, kata Musa Abdillah.
Tradisi memeriahkan bulan kelahiran nabi sudah
mentradisi dimana-mana. Kita tidak tahu kapan mulainya sampai kini tradisi ini
masih dilestarikan. Untuk pelaksanaannya mungkin desa satu dengan desa lain ada
perbedaan . Namun esensi yang di kandung sama yaitu memuliakan nabi Muhammad
SAW. (Muin).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar