Senin, 07 Juli 2014

MENGENAL LAHAN GARAM TRADISIONAL


Teknologi pembuatan garam secara tradisional di Indonesia rata-rata menghasilkan garam dengan kualitas dan produktivitas yang rendah (kadar NaCl 75-80% dan produktivitasnya jauh dibawah 100.000 ton/hektar/tahun.
Hal ini disebabkan antara lain  :
  1. Perbandingan atau rasio luasan antara kolam penampung (reservoir), penguapan ( peminihan ), dan kristalisasi yang belum memadai.
  2. Terlalu kecilnya  luasan  kolam  kristalisasi.
  3. Tidak adanya kolam bunker untuk air tua di kolam penguapan.
  4.  Dikembalikannya air buangan dari kolam kristalisasi ke kolam sebelumnya.
  5.  Belum adanya budaya kontrol kualitas (quality control yang baik).
  6.   Belum adanya pemanfaatan sistim tata air yang baik.
Untuk mengenal lahan garam tradisional dibawah ini dijelaskan konstruksi lahan garam tradisional yang terdiri dari beberapa petakan kolam , pada umumnya terdiri dari 6 petakan kolam antara lain : 
  1. Kolam penampung air muda
  2. Kolam peminihan 1
  3. Kolam peminihan 2
  4. Kolam peminihan 3
  5. Kolam peminihan  4
  6. Kolam peminihan 5 serta
  7. Meja hablur atau meja kristalisasi.
Kolam penampung air muda atau reservoir I.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar