Mad Jaim mempersiapkan dagangan baksonya |
Demak
– Bagi
Mad Jaim (50) warga desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak bekerja
adalah suatu kewajiban. Oleh karena itu setiap hari guru honorer ini keluar
dari rumahnya untuk berjualan bakso. Gaji guru honorer setiap bulannya tidak
cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Sehingga iapun mencari uang belanja tambahan.
“ Ya yang namanya guru
honorer yayasan ya di gaji berapapun saya terima. Kalau dihitung setiap bulan
saya terima Rp 300 ribu. Untuk mencari tambahan ya ider jualan bakso “, aku Mad
Jaim pada kabarseputarmuria yang menyambangi.
Siang itu Mad Jaim di
bantu istrinya mempersiapkan jualan baksonya. Bola-bola bakso di tampah besar
dipindah kedalam gerobag motornya. Bumbu bakso mulai diracik dan dimasukkan ke
dalam dandang besar. Sementara itu sohun dan isian bakso lainnya juga tidak
lupa dimasukkan dalam gerobag.
Mad Jaim jualan keliling
bakso menggunakan sepeda motor. Ia membuat gerobag khusus yang diletakkan di
belakang jok motornya. Gerobag itu berisikan kompor dan dandang besar untuk
merebus kuah. Selain itu juga dibuat lemari-lemari kecil untuk menaruh bulatan
bakso, sohun , dan bumbu-bumbu lainnya.
“ Kalau di hitung saya
jualan bakso ini sudah lebih 15 tahun. Kalau di Demak ini ya mulai tahun 2007 .
Ketrampilan saya membuat bakso dari Gresik Jawa Timur. Di Jawa Timur saya ider bakso
naik sepeda onthel “, kata Mad Jaim yang asli Jawa Timur.
Meski setiap hari berjualan
bakso , sebagai guru MI Mad Jaim tidak malu dengan siapapun. Waktunya mengajar
ya berangkat mengajar.Waktunya jualan bakso ya berjualan bakso. Di Madrasah
Ibtidaiyah di desanya itu seminggu ia mengajar lima hari dalam seminggu.
Honor guru yang tidak layak
itulah yang mendorong ia tetap berjualan bakso. Apalagi istrinya cukup mendukung
dan memberikan semangat. Sehingga honor mengajar dan berjualan bakso itu cukup
untuk memenuhi kebutuhan harian meski harus hidup sederhana.
“ Sehari ya kalau ramai
dagangan habis semua keuntungan bersih Rp 75 ribu – Rp 100 ribu. Kalau sedang sepia
tau membuat sedikit ya Rp 50 ribu bersih dapat “, tambah Mad Jaim yang juga
ketua RT.
Selama hampir sepuluh
tahun berjualan bakso Mad Jaim mengaku belum ada pembinaan dari pemerintah.
Oleh karena itu pada tahun 2015 ini ia membuat kelompok usaha bersama. Anggotanya adalah pedagang bakso yang ada di
desa kedungmutih. Harapannya dengan adanya kelompok itu ia mengharapkan binaan
dan bantuan dari pemerintah.
Selain bantuan modal juga
peralatan untuk membuat bakso. Diantaranya dandang , kompor gas , mangkok dan
peralatan yang lainnya. Dengan adanya bantuan itu diharapkan dapat memperkecil
biaya operasional usaha pembuatan bakso.
“ Kalau ada bantuan dari
pemerintah saya ingin memperbaharui semua peralatan jualan bakso ini
diantaranya , gerobag dan juga peralatan
masak di dalamnya. Uang untuk pembuatan itu bisa saya tabungkan ungtuk
kebutuhan anak sekolah kelak “, harap Mad Jaim. (Muin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar