Kamis, 18 Desember 2014

Bergelut di Asinnya Garam Pesisir Demak






Demak – Desa Kedungmutih kecamatan Wedung saat ini menjadi sentra pemasaran garam di kabupaten Demak. Pembeli garam dari luar kota seperti Solo, Semarang, Rembang semua datang ke desa Kedungmutih. Di Desa Kedungmutih ada Terminal atau pangkalan garam yang setiap hari tiada henti aktifitasnya selama 24 jam . Peluang itulah yang dimanfaatkan oleh pekerja di sector garam.
Mereka tergabung dalam KUB (Kelompok Usaha Bersama) “ Bina Karya”. Kelompok itu didirikan agar terjadi kebersamaan dalam pengeloaan pengangkutan garam . Selain itu juga untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan juga kesejahteraan bersama.

Terminal garam Kedungmutih

“ Kelompok Bina Karya ini kami dirikan agar kerja para pengangkut garam ini tertib dan lancar. Semua yang bekerja di sector pengangkutan garam ini kami haruskan masuk menjadi anggota. Ya kelompok ini berdiri sudah ada tiga tahunan lebih anggotanya sekitar 50 orang  “, kata Solekhun (42) Ketua KUB “ Bina Karya”desa Kedungmutih pada kabarseputarmuria.
Dikatakan Solekhun, sebelum berdirinya kelompok ini para pembeli garam kadang kesulitan mencari tenaga angkut garam. Sehingga ketika ada truk datang butuh waktu lama agar garam itu naik ke dalam kendaraan. Para pekerja belum terkoordinasi apalagi jika truk itu datangnya malam hari. Hingga butuh waktu beberapa saat untuk mengumpulkan tenaga angkut garam.
“ Nah setelah adanya kelompok ini pengangkutan garam menjadi lancar. Anggota kelompok harus ada yang stand by di secretariat. Sehingga truk pengangkut datang kapan saja mereka bisa segera bekerja untuk menaikkan garam”, tambah Solekhun.
Menurut Solekhun setelah adanya kelompok ini , pembagian hasil kerja juga tertib dan lancar. Setiap ada truk yang datang ada yang ngatur misalnya bagian parkir sendiri dan bagian pengangkutan juga tersendiri. Untuk parkir setiap hari masuk kas setelah terkumpul satu tahun dibagi menurut kesepakatan. Ada yang masuk kas kelompok , ada yang masuk Musholla dan juga setor pada pemerintahan desa Kedungmutih.

Kegiatan Bongkar muat garam

“ Nah untuk upah menaikkan garam keatas truk biasanya borongan satu truk berapa . Sehari misalnya mendapatkan berapa truk upah borongan dibagi anggota yang bekerja. Jika ada sisa biasanya dimasukkan dalam kas kelompok “, papar Solekhun.
Dari pengumpulan uang parkir dan kelebihan itulah kegiatan kelompok bisa berjalan dengan lancar. Diantaranya memberikan santunan pada anggota yang sakit, untuk biaya rapat. Pengeluaran yang cukup besar adalah untuk membangun sekretraian kelompok. Sedangkan sisanya untuk keperluan mendadak lainnya.
Ada yang menarik dalam kunjungan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Kedungmutih. Salah satunya Gubernur mengapresiasi positif ada kegiatan perdagangan garam di desa Kedungmutih. Selain itu juga kiprah warga yang bergerak pada usaha jasa pengangkutan garam.
Apresiasi positif tersebut diantaranya dituangkan dalam pembangunan terminal garam kedungmutih yang kondisinya memprihatinkan pada tahun 2015. Terminal garam hasil swadaya anggota kelompok dan juga pedagang saat ini rusak. Atap berupa rumbia banyak yang bocor sedangkan tiang-tiang yang terbuat dari bamboo sudah rapuh.(Muin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar